Belakangan ini ramai pemberitaan tentang seorang ulama yang menolak untuk meminta maaf atas perbuatannya yang ditengarai menyakiti umat agama lain.

Tentang ini, ada baiknya kita membaca kisah tentang tiga jenis orang yang dijanjikan rumah di surga oleh Rasulullah SAW; mereka adalah orang-orang yang menghindari perdebatan, meninggalkan kedustaan dan bagus akhlaknya.

Janji ini direkam oleh Abu Daud. Rasul berkata, “Aku memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan. Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang bagus akhlaknya.” (HR. Abu Daud, no. 4800)

Tentang akhlak yang bagus seperti disebut di atas, Imam Nawawi memberi penjelasan bahwa Husnul Khuluq yang dimaksud di hadis itu merujuk pada kriteria yang telah dijelaskan Allah dalam Quran surat Ali Imran: 134.

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)

Kerelaan untuk berbagi rupanya menjadi syarat utama untuk bagusnya akhlak seseorang. Tak hanya dalam bentuk harta, orang yang rela untuk berbagi kebaikan dan maaf pun termasuk dalam kategori orang yang berakhlak mulia.

Ini semakin menegaskan bahwa Islam bukan agama yang sifatnya personal semata. Islam adalah agama yang memiliki manfaat untuk siapa saja, termasuk untuk orang-orang yang tak mengimaninya.

Hal ini tampak dari perintah untuk berbagi kebaikan yang tidak dibatasi hanya untuk orang-orang yang seagama; kepada siapa saja yang masih bernyawa, kebaikan harus selalu diberikan, tak boleh ditunda.

Islam juga memerintahkan umatnya untuk pandai menahan amarah apabila orang lain berbuat salah. Tak ada untungnya melawan keburukan dengan keburukan pula.

Tak hanya menahan amarah, Allah juga mendorong umat-Nya untuk segera memaafkan. Bisa jadi, hal ini dimaksudkan agar keburukan tak semakin membesar dan berkelanjutan. Tak baik menyimpan dendam, tak baik pula memendam kebencian.

Khusus untuk berbagi maaf, Allah menekankan lebih spesifik di ayat lain dengan memerintahkan kita untuk jadi orang yang sangat mudah memaafkan.

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” Demikian perintah Allah sebagaimana tercantum dalam QS. Al-A’raf: 199.

Tentu, perintah untuk berbagi maaf ini tak hanya soal memberi, namun juga –dan ini yang tak kalah penting— meminta maaf jika berbuat salah. Keengganan untuk meminta maaf dapat berakibat fatal. Rasul bahkan dengan tegas menyebut orang-orang yang anti mengakui kesalahan dan meminta maaf atasnya sebagai orang-orang yang bangkrut!

“Tahukah kalian orang yang bangkrut?” tanya Rasul suatu ketika sebagaimana diriwayatkan dalam HR. Muslim, no. 2581.

“Orang yang tak punya harta,” jawab para sahabat.

“Wahai sahabat-sahabatku. Orang yang mengalami kebangkrutan dari kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala salat, puasa dan zakat. Namun, pada saat yang sama, dia juga memikul dosa dari mencaci si fulan, menuduh si fulan berzina, dan memukul si fulan (ketika masih hidup di dunia).

Akibatnya, sebagian pahala kebajikannya diberikan kepada si fulan. Sebagian lagi kepada si fulan. Dan ketika kebajikan-kebajikannya telah habis, sebelum dia dapat melunasi kesalahan-kesalahannya, maka kesalahan-kesalahan orang-orang itu diambil untuk kemudian ditimpakan kepada orang tadi. Maka, dia pun dihempaskan ke dalam neraka.”

Demikianlah balasan untuk orang yang enggan meminta maaf. Orang dengan sifat begini tak termasuk dalam golongan umat yang berakhlak mulia, sehingga tak ada tempat yang dijanjikan baginya untuk masuk ke surga.

Semoga ramai pemberitaan tentang pesohor yang enggan meminta maaf ini menjadi pelajaran untuk kita semua, bahwa kesombongan yang berbuah sikap anti untuk mengakui dan meminta maaf untuk kesalahan yang dilakukan bisa menimpa siapa saja, termasuk kepada orang-orang yang kadung digelari ulama.

Menolak untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf atasnya sama saja dengan menolak surga. Mari tetap berusaha menjadi umat yang mudah berbagi, baik dalam hal harta maupun kelapangan dada.

Komentar