Islamsantun.org. Toeti Heraty Noerhadi berpulang kemarin ke muasal kejadiannya. Namun, pemikir multidimensional yang selalu terlibat dan beraksi di dalam gerakan ini tak meninggalkan kita, malah membetikan tinggalan kepada kita. Ia bukan hanya mewariskan buku-buku, tulisan-tulisan, dan benda budaya visual, namun juga serangkaian pemikiran yang mendasar, visioner, holistik, dan interdisipliner.

Pada dasarnya Toeti membangun dan menggerakkan proyek otonomi manusia: membebaskan, menegakkan, dan mendaulatkan subjek manusia dari berbagai ketertindasan, ketakadilan, dan ketaksetaraan. Bagi Toeti, hal tersebut dapat disebabkan oleh baik alam maupun budaya, bahkan masyarakat.

Tak heran, sejak tahun 60-an, bahkan sebelumnya, Toeti tak lelah menjelajahi berbagai ruang atau arena yang membuat manusia tertindas, tak adil, dan tak setara. Dengan bekal filsafat dan psikologi yang dipadu atau dikombinasi dengan peranti ilmu atau pengetahuan lain, Toeti merontgen atau menginterogasi sastra, seni, pengetahuan, budaya, bahkan masyarakat untuk mendapat gambaran bentuk dan derajat ketertindasan, ketakadilan, dan ketaksetaraan antar-manusia.

Bukan hanya itu. Lebih jauh, Toeti dengan lugas mendekonstruksi eh membongkar bangunan-bangunan sastra, seni, pengetahuan, dan budaya, bahkan masyarakat yang nyata-nyata mencipta dan melanggengkan ketertindasan, ketakadilan, dan ketaksetaraan. Dalam hal sastra, diblejeti teks Calon Arang. Dalam hal budaya, dikuliti struktur dan simbol budaya kita. Dalam hal struktur sosial dan pengetahuan, digempur bangun kelelakian yang tak adil dan tak setara. Sesudah itu, Toeti menyorongkan alternatifnya.

Toeti memang tipe pemikir yang menjadi jenderal di lapangan perjuangan yang telah siap dengan solusi dan alternatif. Dia bukan tipe penggempur belaka. Mungkin, memang, dia memang tipe “penyelesai masalah, bukan pencipta masalah, apalagi tipe burung unta”!

Selamat jalan, Bu Toeti. Warisanmu amat berharga di dunia sastra, seni, budaya, dan masyarakat. Pembongkaran tekstual, simbolis, dan sosial yang kau lakukan demi tatanan berkeadilan, setara, dan merdeka niscaya tak sia-sia. Begitu berharga.

Komentar