Islamsantun.org. Saya seorang guru agama Islam, saat ini mengampu pembelajaran di kelas setinggkat Sekolah Dasar. Moment hari kelahiran Nabi Muhammad saw. biasaya saya gunakan sebagai ajang penyemangat untuk para peserta didik supaya mendalami sosok dan sejarah Nabi saw. Pada masa anak-anak, menurut saya tidaklah perlu dihadirkan kepada mereka akan perdebatan hukum merayakan kelahiran Nabi saw. (Maulid Nabi). Anak penting dibimbing dan dibiasakan dengan kegiatan-kegiatan yang mengasikkan, mengesankan, sehingga mereka mampu meresapi nilai-nilai luhur.

Nilai kecintaan kepada Nabi saw. perlu ditekankan dan ditanamkan kepada diri anak. Mengapa demikian? Karena sosok Nabi yang memiliki karakter sidiq, tabligh, amanah, dan fathonah tidak elok jika tidak implisit dalam tingkah laku anak zaman sekarang. Diketahui perkembangan zaman yang pesat di bidang digital dan teknologi komunikasi menjadikan peralihat luring (luar jaringan) menuju daring (dalam jaringan). Dengan gadged seorang anak usia dini sudah dapat mengoperasikan, bahkan terkadang lebih mahir dibandingankan orang yang dewasa.

Karakter sidiq (jujur) perlu dibangun. Nilai kejujuran telah dicontohkan Nabi saw. misalnya saat beliau menjadi partner dagang Khadijah, jujur ketika menjelaskan kondisi barang yang dijualnya, jujur ketika melaporkan hasil penjualan kepada majikannya. Anak zaman now perlu dibiasakan dan disounding tidak hanya oleh orang tua, namun juga guru, stakeholder untuk bersikap jujur dan ‘keren’ nya bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kejujuran ketika ditanya waktu salat yang masih sering tertinggal untuk diperbaiki, ditanya berapa kali membaca Al-Qur’an atau Iqra dalam sehari, dan lainnya. Mengedepankan moral yang jujur dalam tingkah laku dan perkataan meskipun pahit tidaklah mudah jika tidak menjadi kebiasaan dan keyakinan seseorang.

Karakter tabligh sebagai bentuk kelihaian dalam komunikasi, menyampaikan kabar yang tepat dan akurat telah dicontohkan oleh Nabi saw. Misalnya terkait bagaimana Nabi saw. mendakwahkan ajaran Islam yang santun, dimulai dari keluarga terdekat, tidak memaksa, dan penuh dengan hikmah. Tentu dalam komunikasi yang saat ini dilakukan dengan media sosial perlu ditekankan pada anak tentang etika dan gaya bahasanya, sekalipun itu hanya tulisan dan cukup ‘klik’ enter. Perlu disadarkan, bahwa tulisan yang dikirim adalah wujud perkataan dan sikap seseorang.

Amanah merupakan karakter yang tidak kalah penting untuk diteladani oleh anak di tengah perkembangan zaman. Sebagaimana kita tahu bahwa sosok Nabi saw. yang dipercaya sebagai pemimpin di Madinah dan menyelsaikan perselisihan di Mekah saat peletakan hajar Aswad kala renovasi Kakbah. Tidak hanya dipercaya oleh umatnya, namun juga oleh Allah Swt. mempercayai Nabi Muhammad saw. untuk diberi wahyu Al-Qur’an.

Fathonah sebagai karakter Nabi saw. yang menunjukkan ketangkasan, kecerdasan, dan kapasitas menjadi kebutuhan generasi penerus kita. Seorang anak yang dibina perkembangan kapasitas dan kecerdasanya maka akan dapat lebih mudah menyesuaikan zamannya, bahkan menjadi sosok leader yang dibutuhkan oleh banyak pihak. Kecerdasan tidak hanya dalam hal intelektual saja, namun juga kecerdasan emosional dan spiritual. Para nabi tentu tidak akan bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab jika tidak memiliki kecerdasan emosional, spiritual, dan intelektual tersebut. Sebab, Nabi saw. terkadang medapatkan beberpa tugas yang besar secara bersamaan, seperti tugas berdakwah, memimpin suatu wilayah, dan mengayomi keluarganya.

Keteladanan dan karakter Nabi Muhammad saw. telah diimplemntaiskan dalam Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar kelas 3 yang tertuang dalam Kompetensi Dasar 1.14, 2.14, 3.13, dan 4.14. Dalam kurikulum ini, peserta didik juga dibiasakan untuk tidak hanya mendapatkan materi dari meja kelas saja namun juga dapat bereksplorasi dengan mengikuti kegiatan-kegitan di rumahnya. Dengan bekal arahan dan pengantar dari guru, peserta didik dapat memperdalam materi kepada ahli dan tokoh agama yang ada di sekitarnya.

Kembali lagi pada suasanan Maulid Nabi, saya jadi teringat hari-hari dimana hari itu adalah tanggal 11 Rabiul Awal (dalam kalender Hijriyah) maka akan saya katakana kepada peserta didik, bahwa besok LIBUR. Mereka bertanya, kenapa libur Bu Guru? Nah, momen ini lah saya jelaskan kepada mereka tentang sejarah kelahiran Nabi dan nilai-nilai luhur yang dimiliki Nabi saw. Di akhir sesi biasaya saya sampaikan kepada mereka untuk mengikuti kegiatan Maulid Nabi, karena akan dihadirkan kegiatan dan dai kondang yang menjelaskan tentang seluk beluk Nabi saw. baik dalam keseharian maupun dalam keseharian.

Pertanyaanya, masih adakah tradisi itu? Apa yang mereka pahami tentang Maulid Nabi? Sesemarak dulu kah kegiatan itu? Atau justru malah ditiadakan? Pun ada ataukah justru diisis dengan materi perdebatan hukum merayakannnya? Ya, menurut hemat saya sebagai guru PAI di tingkat Sekolah Dasar, tidak lah perlu memperdebatkan hukumnya, karena merayakan kelahiran Nabi saw. sebagai moment untuk mengkaji, merefresh ingatan kita dengan Nabi supaya kita tambah cinta, semangat meneladani, dan membelanya. Ekspresi cinta memang tidak bisa disamakan antara satu orang dengan lainnya, sebab rasa memang berbeda. Karenanya, merayakan hari lahir Nabi saw. tidak bisa dijadikan larangan bagi pihak-pihak yang memang salah satu cara mereka mengekspresikan rasa cintanya dengan cara tersebut.

Peserta didik sangat penting mengetahui tentang keutamaan Nabi saw. seperti sebagai nabi akhir zaman, penerima wahyu Al-Qur’an sebagai penyempurna kitab-kitab samawi sebelumnya, dan penutup para nabi sehingga tidak ada nabi setelahnya. Selain itu, dijelaskan dalam Nabi saw. tentang amalan utama berselawat kepada Nabi. Misalnya: barang siapa yang mendengar disebut kata Nabi “Muhammad” maka disunnahkan mengucap “Sallahu ‘alaihi wa sallam” jika tidak ingin termasuk orang yang pelit. Amalan-amalan sunah lainnya, misalnya memperbanyak selawat di hari Jumat, baik malam Jumat maupun di siang harinya. Nabi bersabda, Barangsiapa berselawat padaku sekali maka Allah akan berselawat kepadanya 10 kali. Perbanyaklah selawat di hari Jumat dan malam Jumat (HR. Baihaqi). Berselawat juga diperintahkan dalam Al-Qur’an, Surah al-Ahzab Ayat 56, Innallaaha wa malaaikatahu yusalluana ‘alannabi, yaa ayyuhallazhiina aamanuu shalluu ‘alaihi wa sallimuu taslimaa (sesungguhnta Allah dan malaikatnya berselawat kepada Nabi maka berselawatlah kepadanya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya). Selawat juga tidak hanya diucapkan di luar salat namun juga di dalam salat yang wajib dilakukan minimal 5 waktu salat ketika gerakan tasyahud. Wallahu a’lam bi sawab.

Sugini. Pengajar Pendidikan Agama Islam di SDN 3 Pracimantoro.

Komentar