Ramadan tahun ini terasa berbeda dengan Ramadan kemarin. Sebab saat ini kita sedang diuji dengan wabah virus korona yang sangat berbahaya dan bisa mengancam jiwa. Akan tetapi, semoga wabah ini tidak menyurutkan semangat kita untuk beribadah di bukan Ramadan. Alih-alih melemahkan, wabah korona justru menjadikan kita semakin kuat dalam meningkatkan dimensi spiritualitas kepada yang Maha Kuasa.
Sebagai orang yang beriman, tentu kita yakin dan percaya bahwa di balik wabah korona pasti ada hikmah, sebab secara teologis tidak ada yang terjadi di muka bumi ini, kecuali tanpa izin dan ilmu Allah Swt. Tidak ada suatu musibah yang terjadi dan menimpa hambNya, kecuali pasti ada nilai kebaikan dan kemaslahatan. Hanya saja kadang pandangan dan ilmu kita yang terlalu sempit, dalam melihat setiap peristiwa musibah dari sudut kepentingan manusia semata. Akhirnya, kita melupakan kepentingan dunia alam global yang yang lebih luas.
Tengoklah berbagai riset ilmiah yang sudah dipublikasikan terkait dengan perubahan lapisan ozon yang semakin membaik, air laut dan udara yang semakin bersih, sebab tak ada lagi yang buang sampah di tempat-tempat rekreasi. Tempat-tempat maksiat di berbagai belahan dunia juga tutup. Rupanya, korona telah membersihkan dunia ini dari berbagai limbah kegiatan manusia yang mencemari bumi dan langit.
Kalau mau jujur sebenarnya yang menjadi virus itu ya manusia, sedangkan korona itu anti virusnya. Ini adalah cara berpikir kritis-filosofis yang boleh jadi tidak disadari oleh umumnya manusia. Sekali lagi, karena kita selalu melihat relitas dengan paradigma subjek-objek; manusia subjek, sedangkan virus korona objek. Coba kalau cara berpikirnya kita balik, dengan paradigma objek-subjek, maka tentu kesimpulannya, bahwa manusia itu virus sedangkan anti virusnya korona. Manusia di dunia ini sebagai tamu, sedangkan alam dan bumi sebagai ‘tuan rumah’. Manusia mesti berperilaku etis sebagai tamu, jangan sembrono pada tuan rumahnya.
Meski demikian, tidak berarti kita lalu abai terhadap wabah Korona. Jangan sampai kita lalu malah terkesan lebai, apalagi menganggap bahwa takut korona dianggap musyrik. Ada pula yang ekstrem ‘sok religius’, lalu menuduh mereka yang tidak ikut sholat Jumat –karena udzur syar`i ada wabah korona– di bilang kafir atau munafik. Tentu tuduhan ini gegabah dan membahayakan bagi persaudaran umat Islam. Bukankah kebolehan untuk tidak sholat Jumat karena wabah korona sudah difatwakan para ulama, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga para ulama di negara-negara lain. Hanya orang-orang yang kurang ilmu dan kurang “ngopi” (ngolah pikir) yang gampang menuduh kafir pada mereka yang tidak sholat Jumat karena wabah korona.
Kita tetap harus berhati-hati dan waspada dan ikut berkontribusi dalam upaya pencegahan wabah korona. Bagaimana caranya menurut pandangan al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw?
Pertama, menjaga kebersihan dengan cuci tangan dengan sabun atau dengan berwudlu. Al-Qur’an dan hadis memang mengajarkan untuk menjaga kebersihan dan kesucian. Ini salah satu hikmah wudlu sebagaimana disebut Al-Qur’an: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, (Q.S. al-Maidah [5]: 6)
Kedua, melakukan al-taba`ud al-ijtima’i atau social distancing, hindari berdesak-desakan dikermunan orang banyak. Intinya jaga jarak dengan orang lain. Termasuk jika bepergian jangan lupa memakai masker. Hal ini sesuai dengan pesan Nabi Saw dalam hadis shahih: Lâ dlarara walâ dlirâr ( tidak boleh membuat madlarat untuk dirinya dan orang lain). Menghidari kerumunan , bagian dari upaya pencegahan dari penyebaran virus korona.
Ketiga, tetap tinggal di rumah (stay at home) dan bisa bekerja di rumah. Nabi Saw bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ، فَأَخْبَرَنِي «أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا، يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ صحيح البخاري (4/ 175)
Dari Aisyah ra, istri Nabi Saw dia berkata, Saya bertanya kepada Rasulullah Saw tentang wabah penyakit tha`un (lepra). Maka beliau memberi kabar, bahwa wabah itu adalah azab yang dikirim Allah Swt untuk orang yang dikehendakiNya, namun Allah jadikan wabah itu rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tidaklah seseorang mau tetap tinggal di rumah (stay at home) –dengan tetap sabar dan ikhlas, sembari dia yakin bahwa wabah tersebut tidak akan menimpa seseorang kecuali yang sudah ditetapkan Allah Swt—kecuali baginya akan mendapat bahala seperti orang yang mati syahid. HR al-Bukhari).
Tidak bepergian ke luar rumah, kecuali sangat penting. Jika bepergian tetap harus memakai masker, cuci tangan sebelum masuk rumah. Berdasarkan riset dan data para ahli, hal ini sangat efektif untuk mencegah penyebaran virsu korona. Sisi lain, kita ambil hikmanya. Jadikan, aktivitas di rumah sebagai sarana komunikasi dengan anak dan keluarga yang boleh jadi selama ini kita abaikan. Kebersamaan bersama keluarga sungguh merupakan sesuatu yang berharga. Kesibukan di luar rumah selama ini sering kali menjauhkan kita dari anak anak dan istri.
Saatnya tinggal di rumah sebagai berkah bagi kita semua. Tumbuhkan kreativitas dan produktivitas kerja di rumah, dengan menulis, berkebun, berternak bagi yang punya hobi seperti itu. Atau membuat video yang bermanfaat terkaiat dengan kajian agama atau mengajar lewat aplikasi zoom dan lain sebagainya. Allah Swt mengapresiasi orang-orang yang memiliki kinerja yang baik. Dalam bahasa al-Qur’an disebut dengan istilah amal shaleh (amal yang baik). Ini adalah ciri khas orang-orang yang beriman. Allah Swt berfirman: Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. al-Taubah [ 9]: 105)
Keempat, banyak berdoa dan bertawakkal kepada Allah Swt. Jadikan virus korona sebagai wasilah sarana untuk terus berdoa dan meningkatkan amal ibadah. Bukankah seringkali manusia mendapat kesadaran spiritual saat saat genting seperti itu?. Allah Swt berfirman : Dan apabila mereka diliputi ombak yang besar seperti gunung, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. ( Q.S. Luqman [31]: 32)ز
Akhirnya, semoga musibah korona segera berlalu. Kita harus yakin bahwa badai korona segera beralalu atas izin Allah Swt. Mari kita doakan, semua saudara kita yang terkena korona segara sembuh dan mereka yang menjadi korban korona dinilai mati syahid. SEMOGA.