Islamsantun.org. Sambil menunjuk ke sesajen (sesari) di lereng Semeru, Lumajang, Jawa Timur, seorang anak muda, mengenakan tutup kepala, rompi, celana cingkrang dan tanda bendera merah putih di bajunya, berkata, “yang seperti ini yang membuat Allah menurunkan azab-Nya.” Ia pun membuang dan membuang sesajen, sambil mengumandangkan Allahu Akbar, dan La Haula Wa Laa quwwata Illa Billahi Al-Adhim”, dan direkam temannya, yang juga menyebut takbir.
Sebagian masyarakat Sumbersari, Lumajang, sering mengadakan acara sedekah desa dan ruwatan untuk memohon keselamatan dari bencana. Seorang penganut Hindu mengaku dia yang membuat sesajen itu. Semua mengetahui, masyarakat Lumajang sangatlah majemuk, termasuk penganut Hindu dan kepercayaan.
Tindakan melecehkan seperti ini sengaja diunduh dan disebar media sosial. Akibatnya, reaksi ribuan di media sosial. Seperti diduga, banyak orang pun merendahkan Allahu Akbar, masjid, dan agama Islam. Tapi sebagian besar respons dari Muslim menanggapi aksi itu dengan rasa malu dan tidak setuju dengan cara melecehkan seperti itu.
Berikut tanggapan-tanggapan di media sosial.
“Dengan menyebut nama tuannya yang dibenarkan tuan-nya? Atau orang ini merasa tuannya lemah sehingga orang ini musti turun tangan langsung. Komentar lainnya: “dia sebut nama Tuhan sambil berbuat demikian, apakah yakin dia memuliakan Tuhan?”
“Nah ini budaya gurun yang bagus dipakai biar makin cepat negara ini baku tembak bom bunuh diri dan saling serang antarumat beragama”..
“Berjenggot seperti kambing, celana cingkrang, fix dia iblis yang menyamar. Diam au mengaburkan nilai welas asih Tuhan.”
“Biasanya orang2 macam kek gitu ilmunya masih cetek. Ngajinya kurang dalem.”
“Konsep rahmatan lil ‘alaminnya dimana?”
“he is madrasa student”
“Itu orang agamanya apa? Yang gue tahu agama Islam, Kristen, budha, hindu, dao, dan kepercayaan lainnya, juga kagak ajarin menganggu ibadah dan keyakinan orang lain!
“Ya itulah gunanya dan pentingnya belajar jadi manusia dulu sebelum belajar agama, biar kalau udah pinter agamanya tidak lupa jadi manusia. Merasa paling benar, paling suci, paling hebat, dan menghakimi manusia lainnya selayaknya diadalah yang diatas segalanya.”
“Merasa sudah baik, itu bahaya. Merasa sudah soleh, itu bahaya. Merasa sudah pinter itu bahaya. Merasa sudah murni, itu bahaya.”
“Gak ada adabnya. Mungkin belum tahu ada ayat ini: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. “QS Al-An’am ayat 108”.
“Teroris tidak tahu kalayu di ayat Al-Qur’an disebutkan “Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku.”
“Bikin malu Islam aja… itukan urusan mereka dengan Tuhan. Kita hormati saja. Toh pada akhirnya kita sendirilah yang bertanggung jawab atas amal kita.”
“Hasil dari kegagalan para alim ulama/ustad dalam membentuk akhlah pengikutnya untuk saling menghargai & Bertoleransi pada keyakinan (iman) orang lain. Saya juga Muslim tapi saya malu lihat kejadian yang seperti ini.”
Gus Mus pernah berkata, “Mulut mengagungkan Allah, kelakuan melencehkan-Nya.”
Gus Baha pernah bilang, “Kalau tidak suka sesajen. Jangan sebut itu syirik-kafir!”
“Kita ini NKRI yg terdiri dari berbagai macam agama, suku dan adat istiadat daerah, serta keyakinan masing masing terhadap Tuhan Yang Maha Esa,,jadi hormat menghormati dan menghargai satu sama lain itu perlu dan wajib di lakukan agar kehidupan tetap rukun damai selamanya..bukan malah sebaliknya..”
“Belajar untuk tidak merendahkan keyakinan orang lain ,pendidikan dan ilmu yang didapat dalam kehidupan bermasyarakat membuat kita matang dan dewasa dalam menyikapi realita dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.”
Salah satu reaksi mengutip ayat ini: “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”(QS Luqman 13)
“Sesajen memang tak ada dalam Islam..dan itu memang hukumnya syirik..tapi jika sesajen itu di lakukan oleh org dengan kepercayaan berbeda..orang yg menendang itu akan berdosa .karna jelas Islam melarang menghina kepercayaan orang lain..apalagi sampai merusak dan menghancurkan..”
Dari berbagai reaksi di atas, menarik sekali. Sebagian besar reaksi masyarakat kita menunjukkan toleransi.
Pelakunya mahasiswa, dan karena itu pendidikan kewargaan menjadi penting. Itulah juga mengapa perlu diajarkan toleransi dan saling menghormati antar pemeluk agama. Di kalangan Muslim, perlu juga bagi umat Islam mempelajari apa makna “syirik” dan “syirik” yang bagaimana yang dihindari dan dikecam Al-Qur’an, dan bagaimana sebaiknya seorang Muslim menghadapi ritual yang dilakukan penganut agama dan kepercayaan lainnya.
Kebetulan hari ini saya mengajar mata kuliah agama-agama di Asia Tenggara, termasuk agama Hindu, Islam, Kristen, dan agama-agama lokal di Indonesia. Makin terasa betapa pentingnya gerakan pencerahan dan pendidikan agama-agama bagi semua.