Darusan Pusat Kajian dan Pengembangan Pesantren Nusantara (PKPPN) IAIN Surakarta dan islamsantun.org telah melewati 10 hari awal bulan Ramadan. Darusan ini dikemas dalam diskusi via grup whatsApp dengan berbagai tema kajian.

Darusan Puasa merupakan kajian rutin selama bulan Ramadan yang baru dilaksanakan bulan ini. Ada beberapa dosen IAIN Surakarta dan dosen dari kampus lain yang ikut menyampaikan materi. Anggota WAG (WhatsApp Group) berjumlah 256 peserta dengan latar belakang yang beragam dari golongan muda-mudi sampai peserta yang sudah berkeluarga juga ikut bergabung menyimak materi di group. Berbagai cara yang digunakan pemateri dalam menyampaikan materinya, ada yang memakai Vidio, Voice note, link YouTube ada juga yang menulis teks di WhatsApp Grup.

Pada 1 Ramadan, kajian ini telah diawali dengan #Ngajisufi kitab Al-Aba’un Al-Shufiyyah oleh Ustaz Hamdan Maghribi yang mengkaji tentang bagaimana agar seseorang bisa istikamah dalam kebaikan. Hamdan Maghribi, sebagai penulis buku Bukan untuk yang Pacaran banyak menjelaskan tentang pemahaman dan penghayatan  terhadap akhlak dan tasawuf dengan bahasa anak muda jaman now sehingga beliau banyak digandrungi pemuda-pemudi yang sedang galau dan butuh pencerahan.

Di hari ke 3 Ramadan ada Ustaz Abd Halim yang menyampaikan kajian kitab Maraqi Ubudiyah karya Imam Nawawi al-Bantani yang salah satunya berisi tentang pentingnya niat dalam menuntut ilmu. Dalam materi, Abdul Halim mengutip pernyataan Imam Al-Ghazali yang berpesan “Celakalah sekali bagi orang bodoh, karena ia tidak belajar. Tapi celaka seribu kali bagi orang alim yang tak mengamalkan ilmunya.”

Pada ke 4 Ramadan, Ustaz Zainal Anwar menjalaskan Kitab Irsyadul Ibad karya Syekh Zainuddin Al Maribari yang menjelaskan tentang etos mencari ilmu, keutamaan para pencari ilmu dan apa apa yang wajib diajarkan kepada anak kita sebagai seorang muslim. “Marilah kita menjadi seorang yang aktif memburu ilmu, menebarkan ilmu yang kita miliki dan selalu belajar dimana pun dan kapanpun” begitulah pesan Ustaz Zainal Anwar ketika menyampaikan materinya.

Ramadan ke 5 ada Ustaz Khasan Ubaidillah yang menyampaikan tentang Risalah Haid. Ia banyak menjelaskan tentang persoalan-persoalan yang sering dialami oleh perempuan ketika haid. Waktu dan Ketentuan-ketentuan yang diharamkan wanita ketika haid juga dijelaskan. Dalam darusan ini, sangat banyak penanya, karena peserta WAG sebagian besar adalah perempuan.

Hari ke 6 Ramadan, Kang Aly Mayshar menjelaskan tentang Fiqih Puasa. Ternyata memang masih banyak yang belum paham apa hukum meninggalkan salat namun tetap berpuasa. Kang Aly menjawab bahwa hukum meninggalkan salat adalah berdosa sedangkan puasanya tetap sah. Karena syarat wajib untuk berpuasa adalah Islam, berakal, baligh, mampu dan sehat.

Ramadan ke 7 adalah hari yang pas untuk mendapatkan ilmu tentang Fadilah Al-Fatihah yang disampaikan oleh Ustaz Nur Rohman. Ia banyak menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan surat yang menjadi awal al-Quran ini. Seperti dalam ayat ketiga bahwa kata Ar Rahman dan Ar-Rahim adalah bentuk wujud kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Selain itu Rasulullah dulu juga pernah memakai surat Alfatihah untuk menghilangkan sihir yang digunakan orang kafir pada masa itu.

Pada  Ramadan ke 8, Ustaz Rikza Chamami, dosen UIN Walisongo Semarang juga ikut mengisi kajian ini. Beliau mengkaji tentang kitab Minhajul Atqiya’ karya K.H. Sholeh Darat. Kitab ini dikarang karena pada saat itu K.H.Sholeh Darat ingin memberikan pengetahuan tentang ilmu tasawuf kepada masyarakat Jawa untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela. “Perlu diketahui, bahwa jika kita mengkaji secara detail kitab ini, dalam waktu 30 menit saja tidak cukup. Maka dari itu saya ambil poin-poinnya saja. Karena jika bedah satu persatu ada keindahan bahasa yang digunakan agar orang awam bisa dekat dengan ilmu tasawuf ini.” Jelas Ustaz Rikza ketika menyampaikan dalam pesan suaranya.

Pada hari ke 9 Ramadan, Ustaz Endy Saputro kali ini berkisah tentang Terbitan Berkala Suara Muhammadiyah 1915. Endy bercerita bahwa terbitan berkala yang berjudul “Bantah Kekalih si Alim dan si Fakir Ilmu” karya K.H Syuja’ adik dari K.H Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah merupakan cikal bakal dakwah model tanya-jawab yang kemudian menjadi salah satu yang digunakan oleh Muhammadiyah dalam berdakwah.

Terakhir, hari ke 10 Ramadan. Ustaz Abd Halim kembali mengisi kajian dengan tema yang menarik yaitu tentang Seni Berteman menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah. Menurut imam Al-Ghazali ada 5 hal yang perlu diperhatikan dalam berteman, di antaranya: Bertemanlah dengan orang yang pinter; bertemanlah dengan orang yang baik akhlaknya; Bertemanlah dengan orang shaleh; Hindarilah teman yang materialistik; Bertemanlah dengan orang yang jujur.

Saat ditanya, bagaimana agar dalam berteman tidak baperan, ustaz Abd Halim menjawab, “Kita seringkali baperan dalam berteman salah satu penyebabnya adalah terlalu mengenyampingkan logika, terbuai dengan angan-angan yang terlalu tinggi. Maka, dalam pertemanan, kita harus melibatkan logika agar tidak mudah baper. Kita punya harga diri dan self bargaining, meskipun dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Wallahu a’lam.”

Selama 10 Ramadan, darusan PKPPN diisi oleh para ustaz yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Menariknya lagi, selama satu minggu kedepan, Darusan Puasa PKPPN dan Islamsantun.org mendatangkan para ustazah-ustazah yang keren-keren untuk ikut berbagi ilmu. (Yuni Firdaus: Admin Darusan PKPPN dan Islamsantun.org)

 

Komentar