Kamis, 15 Agustus 2019, Bidang akademik IAIN Surakarta mengadakan public lecture bertajuk Moderasi Islam. Acara ini dikhususkan untuk kalangan dosen muda IAIN Surakarta untuk memperkuat pemahaman keislaman pada PTKIN.
Abdul Matin, selaku Wakil Rektor IAIN Surakarta menyatakan bahwa dosen seharusnya berpandangan moderat dalam artian tidak ekstrem kanan atau kiri. Pola-pola keberislaman di Indonesia sudah bagus dan bahkan menjadi role model yang justeru banyak dipelajari oleh negara-negara lain. Untuk itu, ia harus dikembangkan dengan penguatan pemahaman keislaman melalui moderasi beragama.
Prof. Ris’an Rusli selaku narasumber public lecture menyampaikan beberapa hal penting terkait moderasi Islam. Menurutnya, moderasi Islam itu erat kaitannya dengan dharuriyyatul khamsah, yakni menjaga agama (hifdz al-din); mejaga jiwa (hifdzun nafs); menjaga akal (hifdul aql); menjaga harta (hifdzul mal); menjaga keberlangsungan hidup (hifdzu nasl). Kelima nilai ini banyak mengajarkan tentang bagaimana agama itu harus mengedepankan sisi-sisi kemanusiaan. Maka seseorang muslim harus memiliki sikap tasamuh (toleransi), i’tidal (berlaku adil) dan tawassut (berpandangan moderat).
Ris’an melanjutkan bahwa sikap intoleransi dalam masyarakat seringkali disebabkan oleh klaim kebenaran sepihak, merasa benar sendiri tanpa melihat ada sisi-sisi kebenaran lain di luar. Oleh karenanya, lanjut Ris’an, dosen yang menjadi titik tumpu di kelasnya masing-masing seharusnya menyampaikan materi-materinya– khususnya terkait dengan keislaman– dengan ragam perspektif agar mahasiswa memiliki pemahaman yang komprehensif dan ramah terhadap perbedaan.
Di akhir sesi, Ris’an juga menyampaikan bahwa dosen harus melek IT dan harus memiliki kemampuan untuk memfilter informasi-informasi di dunia maya untuk kemudian disampaikan kepada mahasiswa. (AH)