Sebagai lembaga pendidikan yang berusia 104 tahun, alumni Qudsiyyah sudah tersebar di berbagai bidang dan bahkan di berbagai Negara. Ketersebaran alumni ini menunjukkan bahwa profil alumni memiliki kapabilitas dan akseptabilitas di berbagai lapisan masyarakat. Hal ini menjadi salah satu pokok pembicaraan dalam Talk Show Alumni Qudsiyyah bertajuk “Maksimalisasi Peran Alumni Pasca Satu Abad Qudsiyyah” yang diselenggarakan secara daring melalui channel Qudsiyyah TV pada 31 Mei 2020 malam.

Acara Talk Show ini sebelumnya diawali dengan Halal bi Halal dimana KH. Noor Halim Ma’ruf selaku Al Mudirul ‘Am dan K.H. Em. Nadjib Hassan, Ketua Yayasan Pendidikan Islam Qudsiyyah memberikan mauidhoh hasanah dan sambutan. Menurut K.H. Noor Halim Ma’ruf, alumni Qudsiyyah sudah banyak yang ahli di berbagai bidang, ada yang menjadi guru besar, dosen, dan bidang-bidang lainnya. “Walau demikian, para alumni diharapkan tidak lupa asal usulnya. Atau dalam bahasa jawanya, ojo lali weton,” ungkap Mbah Halim, sapaan akrab beliau.

Sementara KH. Em. Nadjib Hassan menjelaskan bahwa usia yang mencapai 1 abad lebih harus membuat Qudsiyyah terus berinovasi dan menjawab kebutuhan masyarakat salah satunya dengan menghadirkan Qudsiyyah putri, lembaga yang hadir pasca peringatan 1 abad Qudsiyyah lalu. “Kemajuan ini bukanlah hasil dari jerih payah kami, melainkan berkah dari muassis madrasah Qudsiyyah yaitu KHR. Asnawi. Kami punya keyakinan bahwa beliau punya peran besar dalam membangun Qudsiyyah,” tutur pak Najib.

Adapun acara Talk Show ini menghadirkan alumni lintas generasi dan lintas Negara mulai dari Prof. Dr. H. Abdurrahman Mas’ud, M.A., Ph.D (IKAQ Jabodetabek), H. M. Nurhasyim Subadi, LC, MA (IKAQ Belanda), H. M. Zuhal A. Latif, LC, MA (IKAQ Singapura), Dr. Habib M. Chaedar Al Yahya, LC, MA (IKAQ Malaysia), M. Rikza Chamami, M.S.I (IKAQ Semarang) dan M. Zainal Anwar, M.S.I (IKAQ Solo raya dan Yogyakarta). Diskusi ini juga dihadiri Dr. H. Ihsan (Ketua Umum IKAQ) dan Dr. Abdul Jalil (Sekretaris Umum IKAQ) dengan moderator H. Saiful Anas, S.H.I

Dalam kesempatan ini, H. M. Nurhasyim Subadi, perwakilan IKAQ Belanda mengatakan bahwa adanya pandemi memiliki banyak hikmah, diantaranya adalah model dakwah secara virtual. Oleh karena itu, semua alumni diharapkan bisa megikuti perkembangan teknologi tersebut demi mengembangkan dakwah Islam ahlussunah wal jamaah. “Harapan kami, IKAQ ke depan bisa memaksimalkan kesempatan seperti ini dengan mengembangkan dakwah secara virtual. Saya harap IKAQ banyak mengadakan kajian tematik yang disiarkan secara langsung sehingga bisa diakses oleh semua,” imbuhnya.

Pentingnya bakti alumni disampaikan oleh M. Zuhal A. Latif, perwakilan IKAQ Singapura. Pria yang kini menetap di Singapura ini mengatakan bahwa menjadi Alumni yang bermakna ialah apabila sudah bisa menyumbang kembali kepada masyarakat dan almamaternya sesuai dengan kemampuannya. “Manusia tidak dinilai dari apa yang dia punya, miliki, dan capai, tapi dia dinilai dari apa yang telah dia berikan kepada masyarakat,” tandas ustadz Zuhal sambil mengatakan Ask Not What your Madrasah Can do for you, But Ask What you can do for your Madrasah / Community.

Lebih jauh, Dr. Habib M. Chaedar Al Yahya, perwakilan IKAQ Malaysia menambahkan bahwa dalam kerangka berbakti kepada negeri dan masyarakat maka setiap alumni harus bisa memainkan peran dan memiliki kompetensi dan ilmu yang memadai. Selain itu juga harus dilengkapi dengan kesalehan pribadi atau dengan akhlak yang baik. Di era dimana media dan teknologi sangat massif, maka kita harus mengutamakan penanaman akhlak. “Karena seseorang yang punya ilmu tanpa akhlak akan mudah tergelincir pada perbuatan yang tidak diinginkan atau perbuatan jahat,” imbuhnya.

Untuk bisa menghadirkan SDM yang mumpuni, Prof. Dr. H. Abdur Rahman Mas’ud, MA, Ph.D, perwakilan IKAQ Jabodetabek mengatakan bahwa Qudsiyyah harus bisa mencetak lembaga dan SDM yang berkualitas. Berkualitas secara luas, baik ahlaknya, karakternya, dan ilmunya. “Kalau kita mampu menjadikan lembaga dan SDM Qudsiyyah ini berkualitas maka akan menjadi mutiara. Kalau sudah menjadi mutiara ini nanti akan dicari secara universal,” ungkap mantan Kepala Balitbangdiklat Kemenag RI.

Prof Dur, sapaan akrab beliau, juga menambahkan bahwa jika alumni kita masih banyak yang lazim (belum memberi manfaat kepada yang lain), maka harus bisa berubah menjadi muta’addi (bermanfaat bagi yang lain). Kontribusi itu tidak hanya finansial saja, tapi bisa berupa ilmu, waktu, dan perjuangan. “Jika kita sudah berkualitas, saya yakin kita pasti akan dicari. Qudsiyyah sudah lembaga putri sehingga semakin luas dan insya Allah kontribusinya juga semakin luas di masyarakat,” tambah guru besar di UIN Walisongo Semarang ini.

Foto dokumen panitia Halal bi Halal IKAQ 1441 H

Harapan untuk menghadirkan Qudsiyyah yang bermanfaat bagi umat datang dari M. Rikza Chamami, perwakilan IKAQ Semarang dan M. Zainal Anwar, perwakilan IKAQ Solo raya dan Yogyakarta. Dalam paparan singkatnya, M. Rikza mengatakan bahwa Qudsiyyah sudah dan harus terus menunjukkan baktinya kepada negeri dan masyarakat secara luas. Jika peringatan 1 abad Qudsiyyah lalu bisa menelorkan Qudsiyyah putri, “maka ke depan Qudsiyyah bisa memiliki perguruan tinggi sebagai wahana untuk memunculkan kader-kader yang bisa meneruskan jejak para pendahulu,” ungkap pria yang saat in menjabat sebagai Ketua Pusat Pengabdian Masyarakat LP2M UIN Walisongo Semarang.

Di akhir talk show, M. Zainal Anwar, perwakilan IKAQ Solo raya dan Yogyakarta menegaskan bahwa organisasi IKAQ ibaratnya adalah jembatan yang menghubungkan antara Qudsiyyah dan masyarakat luas. Hal ini menjadikan profil alumni adalah wajah Qudsiyyah di tengah masyarakat. Ia memetakan beberapa kekuatan IKAQ diantaranya adalah ketersebaran alumni, ikatan emosional yang kuat hingga sudah adanya kantor IKAQ. “Dan jangan lupa bahwa dalam 10 tahun terakhir, semakin banyak alumni yang merambah menjadi dosen atau pengajar di berbagai perguruan tinggi baik keagamaan maupun umum. Ini modal penting untuk nantinya menghadirkan lembaga perguruan tinggi di Qudsiyyah misalnya membuat Universitas Islam Qudsiyyah,” imbuh pria yang sekarang mendapat amanah sebagai Ketua Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M IAIN Surakarta.

Sebagai pungkasan, Dr H. Ihsan, Ketua Umum IKAQ dan Dr. Abdul Jalil, Sekretaris Umum IKAQ menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran para alumni secara virtual dan menegaskan bahwa di masa depan, IKAQ akan terus berikhtiar hadir dan menjawab kebutuhan dan masalah yang ada di masyarakat. “Ke depan, kita ingin menjadi alumni yang kuat, profsesional namun juga amanah,” kata Pak Jalil. Ia mengingatkan bahwa kehebatan alumni itu bukan karena murni usaha kita, tapi ada berkah dari muassis dan masyayikh. “Inilah yang menuntun kita pada kesuksesan tersebut. Oleh karena itu pilihan kita tetap pada filosofi gusjigang,” imbuhnya.

Untuk memperkokoh peran santri dan alumni serta memahami filosofi gusjigang, Dr. H. Ihsan sebagai ketua umum IKAQ mengatakan bahwa Qudsiyyah saat ini sedang membangun pendopo gusjigang yang harapannya nanti bisa menjadi wadah santri dan alumni untuk bertukar pikiran dan ajang silaturahmi. Pria yang saat ini menjabat Wakil Rektor III IAIN Kudus menambahkan bahwa alumni ini harus berperan sesuai kapasitas masing-masing agar terus memperlihatkan baktinya bagi almamater dan masyarakat.[]

Narahubung kegiatan
Dr. H. M. Ihsan (Ketua Umum IKAQ). Hp :0812-2517-385
Muhammad Isbah Kholili (Ketua Panitia Kegiatan Halal bi Halal dan Talk Show 2020). Hp : 085640-60-5640

Komentar