Ning Tiyas Utami*
Bogor – Dalam rangka mempromosikan dan mendukung lahirnya Jaringan Perempuan Muda Alumni Pesantren, Wahid Foundation bekerjasama dengan Direktorat Pondok Pesantren Mengadakan Program “Muslimah For Change Trainer yang diikuti dari 50 perempuan dari berbagai wilayah diantaranya Jawa tengah, Jawa timur, Jawa barat, dan Jakarta (17/07/2019).
Acara ini bertempat di Bogor Valley Hotel selama 3 hari. Acara ini juga sebagai ajang silaturahmi, silatul-fikr, dan silatul-‘amal serta untuk merawat tradisi dan mengawal inovasi.
Muslimah for change diinisiasi sebagai upaya mendukung adanya perdamaian dunia, dimana peran perempuan sangat diperlukan. Hal ini dilatarbelakangi oleh survei yang diadakan oleh Wahid Foundation bahwa perempuan lebih menerima toleransi di banding laki-laki.
Acara ini juga memberikan pemahaman bagi perempuan untuk saling mendukung satu sama lain. Acara ini diisi oleh pemateri-pemateri yang berkualitas seperti Ayu Kartika Dewi (Founder SabangMerauke), Nur Rofiah (Inisiator Kongres Ulama Perempuan Indonesia) Kalis Mardiasih (Penulis buku Muslimah yang diperdebatkan dan Kak Tidar (Founder Love Franky).
“Ketidakadilan Gender bukanlah lahir dari perbedaan, namun lahir dari cara menyikapi perbedaan. Perempuan dalam kehidupannya akan meraskaan pengalaman biologis berupa menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui. Momentun pengalaman biologis memakan waktu yang panjang. Namun dalam kehidupan sehari-hari perempuan juga mengalami pengalaman sosial berupa stigmatisasi (cap buruk), marginalisasi (Peminggiran), subordinasi (dipandang tidak penting), kekerasan dan beban ganda. Dengan pengalaman biologis dan pengalaman sosial yang dialami ini, perempuan perlu diperlakukan secara proporsional, berbeda tapi bukan dengan semangat diskriminasi,” terang Nur Rofiah.
Dari acara ini menghasilkan joint statement yang memuat delapan point diantaranya;
1. menyuarakan semangat produktif tanpa melupakan hak-hak kodrati dan selalu percaya diri
3. selalu melakukan tabayyun atas segala bentuk informasi dan selalu menjadi pembelajar sejati.
4. berani berubah dan berani mengubah segala tindakan-tindakan intoleran demi Indonesia yang lebih damai
5. mengajak perempuan untuk mengenali potensi dirinya dan peka terhadap permasalahan yang ada di lingkungan masing-masing.
6. Berkomitmen untuk merawat jaringan perempuan muda moderat di Indonesia dan menanamkan sikap nasionalisme di komunitas masing-masing
7. membumikan sikap toleran, merawat keberagaman dan memanifestasikan prinsip musawah hubungan laki-laki dan perempuan untuk mencetak kader-kader pesantren yang berdaya saing unggul, berbudi dan menginspirasi.
8. Menjadikan pesantren sebagai basis pembelajaran toleransi dan prinsip kesetaraan hubungan laki-laki dan perempuan dan meyakini bahwa support system bagi perempuan adalah perempuan itu sendiri,
Adanya joint statement ini adalah sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen bersama komunitas terhadap perberdayaan perempuan. Harapannya, progam muslimah for change ini akan menjadi program rutinan setiap tahun, mengingat acara ini yang begitu bermanfaat.
*Duta Literasi Islam Santun dan Toleran (LISAN)