Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengajak semua pengurus NU untuk disiplin menjalankan garis-garis organisasi, yaitu Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), peraturan perkumpulan, kebijakan PBNU, dan aturan organisasi yang lainnya.
“Yang harus dimulai dari sekarang adalah disiplin di dalam menjalankan garis-garis organisasi. Garis-garis organisasi apa saja? Aturan yang sudah ditetapkan organisasi itu, AD/ART itu separti apa bunyinya, peraturan perkumpulan seperti apa bunyinya, kebijakan PBNU seperti apa bunyinya. Ini harus dijalankan dengan disiplin,” tegasnya.
Disampaikan, dalam menjalankan peraturan organisasi itu, pengurus NU hanya perlu patuh terhadap apa-apa saja yang sudah digariskan, tidak butuh ditafsiri lebih jauh yang justru bisa jadi keluar dari makna yang sesungguhnya.
“Ndak perlu kreatif kalau soal aturan ini. Ikuti saja apa (aturan) yang ada. Karena sudah dibuat,” jelas kiai kelahiran Rembang, sebagaimana dilansir dari laman nu.or.id.
Gus Yahya menyebut, aturan yang sudah dibuat PBNU melalui berbagai forum musyawarah, termasuk AD/ART sudah mencakup kebutuhan-kebutuhan organisasi. Karenanya, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dan struktur NU yang ada di bawahnya tidak perlu membuat aturan-aturan sendiri, terlebih aturan tersebut menabrak garis-garis organisasi yang sudah ditetapkan.
“Apa yang menjadi kebijakan, ini harus diikuti sampai ke bawah. Jangan bikin kebijakan tersendiri. Kalau PBNU sudah membuat kebijakan, jangan kemudian PWNU membuat kebijakan yang berbeda, apalagi terus melawan kebijakan PBNU,” ungkapnya.
Kedisiplinan pengurus terhadap kebijakan-kebijakan yang ditelurkan dan disepakati bersama sangat penting dan menentukan kokohnya sebuah organisasi. Gus Yahya mengatakan bahwa PBNU tengah merancang bangunan sistem secara nasional. Di antaranya melalui kaderisasi formal.
“Mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga akademi kepemimpinan nasional. Kaderisasi ini dijadwalkan PBNU terselenggara 3.500 kali dalam satu tahun. Targetnya bisa melahirkan 150.000 sampai 200.000 kader setiap tahun,” terangnya.
Menurut Gus Yahya, upaya besar dan target-target tersebut akan bisa diwujudkan pertama-tama bila pengurus NU bisa disiplin. “(Tetapi) Kalau kita tidak disiplin, maka bangunan sistem nasional ini tidak pernah terwujud,” ucap Gus Yahya.
Gus Yahya juga mengingatkan bahwa tangggung jawab pengurus NU adalah melayani berbagai hajat atau kebutuhan warga NU. “Hajat (warga NU) itu bermacam-macam. Tidak hanya hajat keagamaan, tidak hanya butuh ngaji saja. Butuh juga menerima pelayanan-pelayanan hajat kesehatannya, hajat pendidikannya, hajat ekonominya, dan itu semua harus kita terima sebagai tanggung jawab pengurus NU,” pungkasnya. (*)