Dalam rangka semarak hari santri 2021, LDNU PCNU Sleman gelar webinar dengan tema Strategi Dakwah di Era Digital pada hari Sabtu, 16 Oktober 2021 via zoom meeting jam 09.00 Acara ini menghadirkan dua narasumber nasional yakni KH Muhammad Nur Hayid (Gus Hayid) selaku Wakil Lembaga Dakwah PBNU dan Kiai Muhammad Rijam Mumazziq, intelektual muda NU dan Rektor Institut Agama Islam al-Falah Assunniyyah Kencong Jember.
Imam Khairi, ketua LDNU Sleman, dalam sambutannya menyatakan bahwa latar belakang seminar ini adalah masyarakat sekarang tidak bisa lepas dari internet. Dunia digital menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang membawa dua dampak kemungkinan, ada positif dan negatif. Dalam koteks dakwah, seseorang terkadang mudah mengalami misinformasi dan disinformasi. Oleh karena itu, lanjut Imam, LDNU harus memastikan informasi yang diakses masyarakat adalah informasi yang benar dan valid. Acara ini, lanjut Imam, diadakan untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat terutama warga NU agar kritis dalam bermedia sosial serta mendorong para da’i NU untuk ikut aktif di dunia digital.
Dr. Abdul Mughits mewakili PCNU Sleman mengapresiasi kegiatan ini dengan sangat baik. Ia menyatakan bahwa dinamika dakwah cepat berubah. Ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi semua umat Islam, terutama yang membawa misi dakwah Islam rahmatan lil alamin. Para dai NU, lanjutnya, harus memodifiksi model dakwahnya, yang adaptip dengan budaya dan berwawasan kebangsaan agar mudah dipahami masyarakat di dunia digital. Di era digital, semua orang melakukan aktivitas dakwah meskipun belum memiliki pemahaman yang cukup dalam agama dan ini akan menjadi problem. Kiai Mughits membuka acara ini dengan bacaan basmalah dan diakhri dengan pembacaan doa oleh Kiai Masyhuri.
Pemateri pertama, Gus Hayid, mewakili Lembaga Dakwa PBNU menyampaikan tentang pengalaman LD PBNU menghadapi dakwah di era digital. Ada beberapa strategi yang dijalankan PBNU. Pertama, diawali oleh Instruksi Kiai Said Agil Siraj, Ketum PBNU, yang menyatakan “wajib bagi setiap da’i, guru dan ustadz unutk aktif dakwah di dunia digital”. Instruksi ini menggerakkan aktivis-aktivis dakwah NU untuk aktif di media digital dan melahirkan flatform digital mulai youtube, twitter dan instagram dan facebook. Dalam platform digital tersebut diatur komitmen dan alur dakwah bersama. Kedua, LD PBNU melakukan listing para da’i dan merekomendasikan mereka ke media-media mainstream untuk tampil memberikan ceramah dan dalam rangka mengimbangi dakwah kalangan intoleran dan radikal. Ini bisa dilakukan dan direplikasi oleh banum-banum NU di berbagai wilayah. Gus Hayid menyatakan, “asalkan materinya bagus, insyaAllah akan direspons bagus oleh masyarakat.” Ketiga, Mendorong LDNU di berbagai wilayah termasuk kabupaten Sleman agar memiliki platform digital untuk dakwah. Keempat, update perkembangan dakwah dunia digital yang dilakukan kelompok-kelompok lain untuk konsolidasi kekuatan, listing da’i yang talented, melakukan training da’I serta standarisasi kompetensi da’i.
Gus Rijal Mumazziq, melengkapi pemateri pertama, menyampaikan bahwa dalam konteks dakwah di era digital harus dimulai dengan keyakinan untuk menjadikan media digital sebagai penangkal radikalisme dan sebagai ladang pahala menyebarkan dakwah Islam. dengan keyakinan seperti ini, para dai dan aktivis media digital akan terus memiliki semangat karena tujuannya untuk perjuangan agama.
Gus Rijal memberikan contoh bahwa di era digital memang ada kelompok-kelompok yang mempropagandakan radikalisme, misalnya website arrahmah.com pada awal website ini diciptakan. Dalam ruang-ruang digital, ada kelompok-kelompok yang mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Islam, misalnya teknik pembuatan bom, teknik merekrut anggota, hingga video mekanisme pemboman orang-orang yang dianggap musuh. Video-vedeo ini menjadi alat mencuci otak bagi orang-orang yang masuk di jaringan tersebut. Fenomena ini menjadi poin penting bagi Lembaga Dakwah NU untuk ikut aktif berdakwah di media digital.
Gus Rijal melanjutkan bahwa peluang-peluang dakwah sangat terbuka lebar. Namun, strategi dan varian dakwah harus terus dikembangkan dengan memperhatikan audien. Gus Rijal memberikan contoh fenomena Gus Baha’ yang akhir-akhir ini menjadi viral dan banyak diminati masyarakat bahkan masyakat lintas kalangan.
Gus Rijal menjelaskan bahwa konstruksi dakwah dalam gus baha’ sangat menarik. Gus Baha dalam banyak ceramahnya meneguhkan konsep raja’ (pengharapan akan ramhat Allah) daripada konsep khauf (takut akan sissa Allah); Gus baha menawarkan harapan atas rahmat, maghfiroh Aallah, kemahaluasan Allah. Yang disampaikan Gus Baha’ adalah ayat-ayat kasih sayang bukan ayat pedang. Gus Baha’ membuka harapan terhadap masih terbukanya rahmat Allah, dibandingkan dengan menjelaskan luas dan pedihnya neraka dan ancaman Allah. Gus Baha’ menewarkan sifat jamalullah selain juga sifat jalalullah. Ia tawassut dalam menyampaikan moderatisme Islam. Ini salah satu yang menjadikan Gus Baha’ banyak diminati dan dicintai. (rminusleman)