Senin, 14 Oktober 2019 Pusat Kajian dan Pengembangan Pesantren Nusantara (PKPPN) IAIN Surakarta melakukan diskusi film dokumenter Wani Urip Wani Santun Bersama siswa sekolah SMA I Sukoharjo. Diskusi ini adalah bagian kampanye perdamaian yang sudah dijalankan PKPPN IAIN Surakarta selama beberapa bulan terakhir.

 

Sri Suwarsih selaku kepala sekolah SMAN I Sukoharjo menyambut acara ini dengan antusias. Beliau menyatakan bahwa pemuda-pemuda adalah penerus estafet kepeminpinan bangsa. Oleh karena itu, mereka harus menjadi insan yang tidak hanya pintar secara akademis tetapi juga harus berkarakter, salah satunya adalah sikap santun. Harus ada keseimbangan antara kecerdasan IQ dan perilaku.

 

Abd. Halim selaku manager program kegiatan ini memberikan sambutan tentang pentingnya kampanye perdamaian di media sosial. Ia menyampaikan data dari Menkominfo bahwa selama dua tahun terakhir ada 800.000 konten negatif di media sosial. Sedangkan konten positif hanya berjumlah 250.000 portal. Salah satu konten negatif adalah ujran kebencian, hoaks, situs-situs radikal dan situs-situs pornografi dan lain sebagainya. Kondisi Ini menurut halim,  membutuhkan gerakan secara massif untuk kampanye perdamaian dan konten-konten positif baik di media social.online maupun offline.

 

Azzah Nilawaty selaku pemateri pertama mengajak peserta untuk emnonton film dan menyampaikan pesan dari film documenter ‘Wani Urip Wani Santun’. Sesuai Namanya, film ini memiliki pesan untuk mengajak semua kalangan untuk kampanye damai.  Setelah itu ia meminta peserta untuk menceritakan pengalaman tentang hoaks dan ujaran kebencian yang pernah dialami.

 

Alfin Miftahul Khairi selaku pemateri kedua menjelaskan beberapa indikator berita hoaks. Di antaranya adalah judul yang menghebohkan; diawali dengan kata-kata yang bombastis. Berita-berita semacam ini seharusnya disikapi dengan hati-hati.

 

Indikator berita hoaks yang lain adalah berita yang mengadu domba dan memfitnah serta menimbulkan kekacauan di masyarakat. Berita-berita semacam ini, menurut Alfin, tidak langsung disebar.  Sebab, jika berita salah maka akan merugikan orang lain dan juga merugikan diri sendiri.

 

Di akhir sesi, pemateri mengajak peserta untuk memberikan pendapatnya tentang bagaimana cara menyebarkan Islam yang damai di medsos.?

 

Salah satu peserta, Fatya Chairi memberikan trik-triknya untuk menebar perdamaian di medsos adalah:

Tabayyun, Selektif terhadap berita, Mengihndari berita yang sumbernya tidak jelas, Menghindari Bahasa yang provokatif, Jika tidak yakin dengan berita, jangan dishare. Berhenti di kita saja; Menggunakan Bahasa yang lugas dan tidak multi tafsir; tidak boleh menyebarkan berita yang menyindir orang atau kelompok lain.

 

Fernanda peserta yang lain menyampaikan pendapatnya, “Seharusnya kita bertanya dulu kepada yang ahli; mencari informasi lewat ulama; sumber yang harus valid.”

 

Alif salah satu peserta memberikan saran agar pemuda gencar membuat akun-akun yang disusun dengan rapi, indah dan menarik. Kata-kata yang disampaikan harus jelas tidak ambigu. Konten-konten berupa berita dan ilmu yang bermanfaat.

 

 

Komentar