Catatan di hari kedua Konferensi untuk Kebebasan Beragama dan Inter-religious Dialog (17 Juli 2019) di gedung U.S. Department of State’s, Harry S. Truman, Washington D.C.

Imam Magid, All Dulles Area Muslim Society Center, mengatakan bahwa salah satu cara untuk meminimalisasi berbagai tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan keagamaan. Pendidikan keagamaan yang toleran mengenalkan keragaman, termasuk keragaman keyakinan kepada para generasi penerus bangsa sejak dini. Sehingga narasi yang ditanamkan sejak dini adalah tentang misi perdamaian dari setiap agama.

Menurut Tony Blair, mantan Perdana Menteri Inggris, semakin toleran suatu masyarakat, semakin maju pula kondisi kehidupan ekonominya. Untuk itu diperlukan sinergitas gerakan, baik dari unsur Negara, Swasta, serta masyarakat secara umum.

Marie Royce, Asisten Sekretaris Negara Urusan Pendidikan dan Kebudayaan Amerika Serikat, dalam bincang santai dengan para peserta Professional Fellows on Demand on Religious Freedom and Interfaith Dialog (PFD-RFID) di Amerika Serikat, menjawab pertanyaan Nur Kafid, Wakil Direktur PKPPN-IAIN Surakarta, yang juga menjadi salah satu delegasi PFD-RFID dari Indonesia, terkait harapan pasca berakhirnya program. Ia berpesan bahwa upaya mewujudkan perdamaian, dibutuhkan sinergitas kerja antara berbagai pihak, bukan kerja individual. “Setelah kalian kembali ke negara masing-masing, mari bersama-sama perkuat jejaring antar satu dengan yang lain untuk bersama-sama mempromosikan nilai-nilai perdamaian”. Ujar Marie.

Komentar