Sukoharjo – “Mahasiswa UIN harus belajar big data. Ini penting, jangan sampai kita tertinggal,” tutur Dr. Mahmud Syaltout, S.H., DEA dalam acara Seminar Nasional Prodi Manajemen Dakwah FUD yang bertema “Dakwah Digital, Big Data, dan Otoritas Keagamaan Baru” (24/8/22).
“Kegiatan ini dalam rangka mewujudkan visi Kementerian Agama, yakni moderasi beragama dan transformasi digital. Di era disrupsi, FUD berkomitmen membekali mahasiswa, salah satunya dengan belajar big data dan dakwah digital,” ungkap Dr. Islah, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta.
Mahmud Syaltout, Staf Khusus Menteri Agama yang juga alumni Paris Descartes University pada seminar nasional prodi MD menyampaikan tentang big data sebagai lawan dari small data memiliki karakter dasar 3V yaitu volume (kapasitas), velocity (kecepatan), dan variety (keragaman). Analisis big data merupakan data kualitatif, atau angka-angka yang sudah divisualisasikan. Big data penting karena dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Pada seminar nasional prodi MD pagi itu juga dibahas dakwah digital di Indonesia. “Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah moderat terbesar di Indonesia bisa tertinggal oleh zaman dan ditinggalkan jamaah milenial jika tidak bertindak berbasis big data. Apakah NU dan Muhammadiyah kelak akan dikenang sebagai bagian dari sejarah saja dan diletakkan bak tumpukan karung yang dipinggirkan? Tentu jangan sampai, karenanya harus bergerak di dunia digital menebarkan dakwah dengan karakter masing-masing,” ujar Mahmud Syaltout.
“Big data mengarahkan kepada grand strategy yang berorintasi kepada perubahan, baik itu sosial, ekonomi, sampai laku beragama. Untuk mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik (berbasis big data) maka perlu dilakukan pembacaan tren. Pemetaan tren itulah yang menjadi bahan untuk problem solving persoalan yang ada di masyarakat,” papar Syaltout yang juga dosen di Universitas Paramadina ini.
Di akhir, Mahmud Syaltout berpesan, “Kampus, khususnya PTKIN, harus berani bicara dan merespons isu politik yang dikaitkan dengan agama. UIN Raden Mas Said Surakarta ke depan harus bisa bersuara dalam merespons isu-isu nasional. Jangan biarkan hoaks dan ujaran kebencian bertebaran di medsos. Kampus harus ambil peran.”