Surabaya – Tiga hari Temu Nasional (Tunas) Gusdurian di Surabaya, 14-16 Oktober 2022 menjadi sejarah yang tidak terlupakan khususnya untuk Jawa Timur. Banyak tokoh besar yang hadir dalam acara tersebut dengan membawakan semangat tanpa kenal usia dan menumpahkan rasa rindunya terhadap Abdurrahman wahib (Gus Dur). Seperti Sinta Nuriyah, Alissa Qotrunnada Wahid, Inaya Wulandari Wahid, KH Mustofa Bisri, mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, penyair D. Zawawi Imron dll.

Acara ini dibalut dengan menarik dan humoris, lantaran sang mendiang juga dikenal dengan pribadi yang sederhana dan menyukai lelucon.

Ketika Gus Mus datang, lantunan sajaknya dibawakan dengan bagus oleh Komunitas Persada. Berbekal musik perkusi, lima muda-mudi itu membawakan puisi karangan KH Mustofa Bisri yang berjudul: Sang Pemimpin Pemberani Untuk Gus Dur. “ Tanah air yang indah, harus diurus dengan indah, pikiran yang indah, tanah air adalah sajadah kita” begitu kalimat yang selama ini di jadikan pedoman hidup Gus Dur semasa hidupnya menurut sahabatnya.

Selain itu, disusul dengan surat cinta bu Shinta kepada Gus Dur dengan diawali dengan kata “Doa harus dipanjatkan karena tidak bisa memanjat sendiri”, sontak ratusan pendengar di dalam aula Asrama Haji Sukolilo mengeluarkan suara tertawa terhibur.

Dilanjut dengan “tidak terasa sudah 10 tahun jenengan pergi, tapi aku merasa panjenengan masih berada bersama kami semua, ruang waktu dan lintas kini membicarakan panjenengan, kiprah jenengan yang melampaui zaman. Mas Dur sedang apa di sana kita semua berharap panjenengan bahagia, tertawa dan melucu di hadapan malaikat, humor panjenengan selalu segar di sepanjang masa ’gitu aja kok repot’”.

Setelah hanyut dalam lantunan surat cinta yang dibacakan oleh bu Shinta, bahkan beberapa orang tanpa sadar menitihkan air mata, tiba saatnya penyair D. Zawawi Imron membacakan puisi kekagumannya pada sahabatnya.

“Guru bagi orang yang mencari guru, pemimpim bagi orang yang mencari pemimpin, payung bagi orang yang mencari tempat berteduh, kawan bagi orang yang mencari sahabat, musuh bagi orang yang mencari musuh, namamu harum dari orang yang memusuhimu (sajaknya untuk Gus Dur)” sangat indah. Demikian itulah yang tersisa dari Temu Nasional Gusdurian Surabaya yang berakhir pada hari Minggu.

Komentar