Bulan Desember selalu dikenang sebagai bulan milik Gus Dur. Tepatnya, pada tanggal 30 Desember 2009 Gus Dur meninggalkan kita. Kepergiannya menyisakan luka, kehilangan, cinta dan kasih yang terus tumbuh di hati pada pecintanya. Gus Dur pemimpin yang mengajarkan pentingtingnya toleransi dan kasih sayang tanpa batas.

Gus Dur selalu meneguhkan nurani untuk membela yang tertindas. Ia selalu berada di garda terdepan membela hak-hak kaum minoritas. Dan, perjumpaan saya dengan dengan sosok Gus Dur berawal dari cerita-cerita di bangku sekolah dan pesantren. Akhir-akhir ini saya berkenalan dengan pemikiran Gus Dur lewat buku Tuhan Akrab dengan Mereka: Kumpulan Tulisan Gus Dur tentang Toleransi & Keberagaman.

Saya menemukan pandangan Gus Dur yang mencerahkan, terutama mengenai pentingnya toleransi dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Gus Dur terkenal dengan komitmennya terhadap pluralisme—kepercayaan bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan ancaman. Dalam tulisan-tulisannya, secara tegas menolak eksklusivisme dan fanatisme yang sering kali memicu perpecahan. Gus Dur menganggap bahwa setiap agama, meskipun memiliki cara pandang dan keyakinan yang berbeda, memiliki tujuan yang sama dalam menciptakan kedamaian dan keadilan sosial.

Sejauh ini, lewat buku dari himpunan tulisan Gus Dur di berbagai media, seperti majalah, koran, dan jurnal menggali lebih dalam tentang hubungan antara agama dan masyarakat. Gus Dur mengajukan bahwa agama, sejatinya, harus menjadi sumber kedamaian dan saling pengertian, bukan konflik. Gus Dur tidak pernah absen untuk berpihak pada kaum minoritas. Hal ini bisa dilihat dari kebijakan saat menjadi Presiden Indonesia yang memberi ruang pada perayaan hari raya Imlek.

Tulisan-tulisannya membahas berbagai aspek kehidupan, mulai dari isu-isu sosial-politik, hak-hak minoritas, hingga pandangan Gus Dur terhadap kebijakan negara yang mengatur kehidupan beragama. Di antara esai Gus Dur menyoroti pentingnya pemahaman yang lebih humanis terhadap agama, yang tidak terjebak dalam interpretasi literal yang sering kali mengarah pada fanatisme. Pandangan ini, yang sering kali dianggap kontroversial pada masanya, telah membentuk banyak cara orang Indonesia memandang hubungan antaragama dan budaya.

Buku ini mengumpulkan sekitar 68 tulisan Gus Dur yang tersebar di berbagai media massa selama beberapa dekade. Esai-esai tersebut membahas berbagai topik, mulai dari refleksi tentang kehidupan beragama, kritik terhadap kebijakan pemerintah yang tidak mendukung kebebasan beragama, hingga tanggapannya terhadap konflik-konflik agama di Indonesia dan dunia. Meskipun ada beberapa tulisan yang sudah berusia lebih dari 40 tahun, ide-ide Gus Dur tetap relevan dan mampu memberikan perspektif baru bagi pembaca modern.

Yang istimewa dari buku ini adalah gaya penulisannya. Gus Dur menulis dengan gaya yang sederhana, jernih, dan mudah dipahami, namun tetap mampu menyentuh isu-isu besar dengan kedalaman yang luar biasa. Tulisan-tulisannya tidak hanya menawarkan teori atau argumen yang filosofis, tetapi juga menyentuh hati pembaca. Gus Dur memiliki cara khusus dalam menyampaikan pemikirannya yang mampu membuka perspektif baru, bahkan bagi mereka yang tidak terbiasa dengan diskursus teologis atau filosofis yang kompleks.

Kesetaraan dalam keberagaman

Di sini, Gus Dur mampu menghubungkan isu-isu besar dengan kehidupan sehari-hari. Ia  tidak terjebak pada abstraksi intelektual, tetapi juga memberikan solusi praktis mengenai bagaimana masyarakat dapat hidup berdampingan dalam keberagaman. Gus Dur tidak pernah berhenti menyuarakan pentingnya dialog antaragama untuk rasa saling menghormati satu dan lainnya.

Meskipun diterbitkan beberapa tahun setelah Gus Dur wafat, tetap relevan dengan kondisi sosial-politik Indonesia dan dunia saat ini. Masalah intoleransi dan konflik antaragama masih menjadi tantangan besar di banyak tempat. Seperti beberapa bulan lalu, kasus pelarangan kegiatan Jalsah Salanah oleh Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Kabupaten Kuningan, Tempo (11/12/2024).  Dari sini kita melihat bahwa tulis Gus Dur masih memiliki nafas panjang untuk keberagamaan di Indonesia.

Buku ini memberikan panduan dan perspektif yang sangat diperlukan untuk mengatasi ketegangan tersebut. Gus Dur, melalui tulisan-tulisannya, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga perdamaian, merayakan perbedaan, dan memperjuangkan kebebasan beragama sebagai hak fundamental setiap individu. Kita perlu belajar lagi perihal kehidupan beragama di tengah-tengah masyarakat yang majemuk dari pandangan-pandangan Gus Dur yang jauh-jauh hari sudah ditulis di berbagai media.

“Tuhan Akrab dengan Mereka” adalah karya yang sangat penting, tidak hanya bagi para penggemar Gus Dur atau pemikirannya, tetapi juga bagi siapa saja yang peduli terhadap kehidupan sosial dan keberagaman. Melalui buku Tuhan Akrab dengan Mereka: Kumpulan Tulisan Gus Dur tentang Toleransi & Keberagaman, Gus Dur mengajarkan kita bagaimana melihat Tuhan dalam kehidupan sehari-hari dengan lebih terbuka, penuh kasih, dan tanpa memandang perbedaan.

Sekali lagi, saya melihat bahwa buku ini masih cukup relevan di era sekarang, di mana toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan sangat diperlukan untuk menjaga kedamaian dan keharmonisan dalam masyarakat. Sebagai sebuah karya, buku ini tidak hanya menawarkan pemikiran yang mendalam, tetapi juga panggilan untuk bertindak dengan cara yang lebih inklusif dan humanis.

Komentar