Kekhawatiran tersasar apabila terlalu jauh bermain bagi anak-anak nyatanya menjadi judul menggelitik sekaligus kritis terhadap buku karya Kalis Mardiasih. Menyoroti sejumlah fenomena hijrah pada sejumlah bagian dalam masyarakat, menjadikan Kalis tetap istiqomah dan pantang menyerah dalam menyoroti bagaimana istilah “hijrah” yang tidak bermakna sama dan spesifik oleh sejumlah pihak.

Melalui bahasa yang sederhana, bersamaan dengan diksi lugas dan tegas dalam menyampaikan argumen, sampai pada munculnya lelucon layaknya gimmick tertentu dalam tautan tulisan Kalis. Buku berjudul Hijrah Jangan Jauh-jauh, Nanti Nyasar memberikan warna berbeda dalam memaknai sikap perubahan tentang makna hijrah bagi manusia. Tentunya, situasi dan konteks masyarakat menjadi aspek tersendiri sebagai nilai tawar yang seharusnya mampu menjadi cukup perhatian.

Kalis membagi bukunya ke dalam lima bab sederhana. Mulai dari membahas Islam dan sejumlah kebaikan dalam masa kanak-kanak; Islam dalam konteks kemanusiaan; Islam dalam tautan logika dan akal sehat; Islam dan sejumlah tokoh teladan; sampai pada membicarakan Islam dalam perkembangan maupun modernitas.

Dengan penuh penekanan namun sederhana, Kalis berhasil membuat bukunya tampak ringan serta menjadi nyaman untuk dibaca, tanpa harus memberikan judgement sepihak pada makna hijrah yang sebenarnya. Terlebih, jika masing-masing orang memaknai hijrah dalam konsep dan konteks yang tidak sama, tentu tidak perlu muncul evaluasi berlebih atas sejumlah pemaknaan yang cenderung akan menyudutkan orang lain.

Kalis berupaya membuat cerita dalam bukunya melalui berbagai esai yang sebenarnya saling terkait satu sama lain. Dalam hal ini, esai tulisan Kalis menempatkan Islam sebagai agama yang damai dan “menyesuaikan”.  Sebut saja, bagaimana memaknai Islam dalam membahas kemanusiaan dapat kita temukan pada Bab 2 tulisannya. Mulai dari menjadi seorang religius yang manusiawi, sampai dengan konteks masjid yang digambarkan mampu menjadi tempat beribadah layaknya rumah sendiri. Kesemuanya, berani Kalis ungkap dalam uraian argumennya. Jangan sampai, masjid sebagai ruang yang mengakomodasi keberserahan spiritual sekaligus logika keberimanan, justru masih dipandang sebagai tempat mapan yang diam-diam menjadi panggung bagi beberapa ambisi.

Islam dan Contoh Baik menjadi bagian bab ketiga dalam bukunya. Membahas Islam dalam perspektif sejumlah sosok teladan yang sederhana, tetapi mampu memberikan pelajaran berharga bagi kita. Mulai dari sosok Abah Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Gus Dur dan Gus Sholah, sampai dengan belajar dari kisah unik Lik Jaswadi dan Lik Ndari.

Bagi Kalis, bukunya mampu menjadi representasi bahwa Islam telah dirasa cukup. Adanya kerisauan mengenai fenomena beragama yang bagi sebagian kalangan justru dianggap eksklusif dan menyeramkan, seharusnya tidak dimaknai demikian. Alih-alih beragama dengan sesak dan penuh amarah, Islam dan konteks beragama dalam buku tulisan Kalis harus menyenangkan sekaligus penuh kebaikan.

Terakhir, perkara Islam dan modernitas menjadi paripurna dalam tulisan Kalis. Uniknya, Kalis tak luput membahas mengenai maraknya sosial media dalam mengemas Islam. Pun begitu dengan broadcast message dan fenomena ustaz seleb yang menjadi cukup trending untuk menutup bab pungkasan dalam tulisannya. (Rhesa Zuhriya B. P.)

 

 

 

IDENTITAS BUKU

Judul                     : Hijrah Jangan Jauh-jauh, Nanti Nyasar

Penulis                 : Kalis Mardiasih

Penyunting        : Rifai Asyhari

Penerbit              : Buku Mojok

Cetakan               : Pertama, Oktober 2019

Tebal                    : 210 halaman

ISBN                      : 978-623-7284-14-7

 

 

 

Komentar