“Saya tidak paham, mengapa Tuhan menciptakan perempuan sebagai makhluk yang lemah”
Begitu pula dengan ketidakpahaman saya, mengapa lemahnya perempuan ini salah satunya adalah karena sebuah gincu. Lippen seri terbaru baru saja keluar dan ini cukup membuat para perempuan untuk larut dalam mimpi untuk segera membeli lippen tersebut, meski di dalam tasnya sudah ada sekitar 5 seri lippen terbaru yang dipakai setiap harinya.
Sedikit sarkas, namun benar adanya. Perempuan dalam keseharian tak lepas dengan sejumlah make up—baik tipis maupun tebal—yang diaplikasikan untuk menghiasi setiap lekuk wajah. “Hikayat Merek dan Studi Iklan” merupakan salah satu judul dalam buku Kalis Mardiasih yang cukup menohok bagi sebagian perempuan, terutama mengenai bagaimana pesan-pesan yang tersampai melalui iklan pada akhirnya mampu melenakan perempuan.
Buku Muslimah yang Diperdebatkan karya Kalis Mardiasih merupakan buku keduanya setelah Berislam Seperti Kanak-kanak, yang berisi sejumlah esai tentang segala pernak-pernik perempuan dan Islam dalam kehidupan sosial. Buku setebal 202 halaman itu berisi 26 esai ringkas, padat, namun berbobot. Kalis mengemas tulisannya dengan argumen yang kuat, bahasa yang “tajam” dan relevan dengan kehidupan sehari-hari para perempuan masa kini.
Simak saja, “mengapa perempuan selalu salah? mengapa ia tak boleh bicara? mengapa perempuan harus menjadi pihak yang paling ikhlas, paling sabar, dan paling tak boleh melawan?” Pertanyaan-pertayaan itu dituangkan Kalis dalam tulisan yang berjudul Tubuh Perempuan dan Penghormatan Kepada Hidup. Ada nuansa gugatan di sana, lahir dari perempuan cerdas dan kritis.
Selain itu, Kalis juga mengulas tentang bagaimana Islam dipandang dan dimaknai melalui sudut pandang orang asing, perkara hijrah, pendidikan Islam, gerakan Indonesia Tanpa Pacaran yang kian merebak, sampai menulis surat terbuka untuk artis kenamaan Indonesia yang fenomenal, Nikita Mirzani.
Buku Kalis pada dasarnya menitikberatkan pada pembahasan mengenai isu-isu perempuan dan Islam, dengan segala problematika yang meliputinya. Kalis juga mencoba mengambil sudut pandang tentang bagaimana kesetaraan perempuan harus diupayakan, dan ditutup secara menakjubkan melalui esai terakhirnya yang berjudul Jangan Biarkan Perempuan Berjuang Sendirian. No one should be left behind, rangkul bersama, jangan ada satu perempuan pun yang kita biarkan berjuang sendirian.
Kalis Mardiasih mulai dikenal publik sejak tulisannya yang berjudul “Sebuah Curhat untuk Girlband Hijab Syar’i” terbit di situs Mojok.co dan dibagikan lebih dari 17 ribu kali. Kalis selanjutnya mulai menapaki dunia tulis menulis secara intens dengan mengambil tema khusus tentang keperempuanan. Alhasil, narasi sederhana yang diciptakan Kalis tak akan jauh dari latar belakang yang ada di sekelilingnya: tubuh, kerudung, kemanusiaan, dan religiositas perempuan.
Mengusung semangat pembebasan perempuan, Kalis memulai tulisannya dengan sesi curhat terhadap penilaian sejumlah rombongan girlband hijab syar’i tentang memaknai Islam dan jilbab sebagai atributnya. Jilbab disertakan dengan proses hijrah seseorang, padahal setiap orang tentu memiliki masa dan pergolakan spiritual masing-masing yang tak dapat disamakan.
Kalis menggugat analogi muslimah yang belum mengenakan jilbab yang sisamakan dengan permen atau buah yang dikerumuni lalat. Ia juga berbagi tentang bagaimana seorang temannya yang melepas jilbab karena adanya permasalahan yang sangat personal, yang mana seharusnya tidak bisa dihujat serta dihakimi secara sepihak oleh masyarakat.
Di buku itu Kalis juga menyoal hegemoni patriarkal yang kerap kita temui. Ia meninjau tentang beberapa ustaz yang mengeluarkan pernyataan untuk mengomentari perempuan yang secara tidak langsung justru mengukuhkan bahwa perempuan adalah makhluk yang tak bisa berpikir. Ironis memang.
Secara garis besar, 26 esai Kalis terkemas apik dalam buku terbitan Mojok. Esai-esai ini tampil sederhana dengan tuturan yang sangat mengalir. Kekuatan Kalis, salah satunya memang terletak pada bahasa yang digunakan sehingga pembaca dapat menikmati tulisan-tulisan dalam bukunya.
Selamat membaca buku yang recommended ini. Semoga kita bisa menjadi muslimah yang kritis, cerdas dan progresif.