Sejak SMP saya sering membaca amalan Rotibul Hadad di Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah setiap Ba’da Isya. Alhasil saya hampir hafal setiap barisannya yang sering dilantunkan oleh petugas pembaca Rotib. Biasannya petugas pembaca Rotib bisa bergantian mulai Alm KH Abdul Aziez Mahfuf selaku Muasis Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah, Gus Ahmad Ridho Al-Murtadho sekarang pengasuh Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah dan Pengurus – pengurusnya penghafal Al-Qur’an dinilai layak untuk membacannya.
Dari situ saya penasaran dari mana buku ini muncul sebagai pedoman pesantren? Ingin mengetahuinya pun susah informasinya karena dalam tradisi pesantren bila sang kyai tidak memberitahukannya berarti belum bisa dikatakan valid informasinya. Semakin hari semakin penasaran tentang buku amalan ini. Alhamdulillah saya tidak tahu persis kapan dan waktunya akhirnya Alm KH Abdul Aziz Mahfudz memberitahunya mengenai buku ini dan perjalanan hidupnya.
Menurut penjelasan yang saya dengar bahwa Abuya Abdul Aziez banyak dipengaruhi oleh gurunya Alm Habib Anis yang sering melantunkannya dan juga beliau sering mengikuti kajiannya di masjid Riyad. Tidak hanya itu saja Abuya juga dulunya juga hampir mengikuti Maulid Simtud Duror setiap malam Jum’at. Artinya pasti ada sangkut pautnya dengan buku amalan Rotibul Hadad. Mungkin bisa jadi Abuya meminta ijazah Rotibul Hadad di Habib Nuh Al–Hadad salah satu keluarga pengarang Rotibul Hadad husduzon saya.
Karena beliau sering menceritakan guru–gurunya termasuk Alm Habib Anis dimakamkan di Masjid Riyad. Hingga saya besar kitab ini ternyata juga ada di mana–mana setelah saya mempelajari 12 tahun yang lalu. Apakah ini merupakan keberkahan luar biasa oleh guru saya Alm Abuya KH Abdul Aziez atau barokah pengarang kitab ini. Yang jelas kitab ini selalu saya temui di berbagai daerah. Misalnya di Masjid Sudarto Milatoen Larangan Gayam dan daerah Gayatri Gayam. Sungguh luar biasa keberkahan terhadap si pengarang kitab Rotibul Hadad.
Sampai kemudian teman saya Bernama Alfi mengasihi kitab Rotibul Hadad dan wirdullatif lengkap dengan isinya beserta terjemahannya. Bahkan dijelaskan pula biografi pengarang kitab Rotibul Hadad. Dugaan saya benar Ketika membaca biografinya ada salah satu bentuk keberkahan luar biasa sosok Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Hadad adalah sejak kecil beliau menekuni ibadah Mujahadah walaupun sempat dilarang oleh keluarganya karena terlalu berlebihan. Malahan beliau terkadang menunaikan shalat seratus raka’at. Terkadang pula beliau melaksanakan shalat dua ratus raka’at. ( Hal 22 – 23).
Selain melakukan ibadah beliau juga berziarah ke Ahmad bin Isa dan Ahmad bin Muhammad Al -Habsy. Maka dari itu Sayyid Abdullah Alwi Al – Hadad ini bukan orang biasa seperti kita. Justru kehidupannya membawa kemanfaatan luar biasa kehidupan di Indonesia. Dengan perjalanannya yang masyaallah ini tentunya ada bacaan mengunggah hati dimulai tawasul, bacaan al-Fatihah, ayat kursi, hingga diakhiri lagi membaca al-fatihah.
Hampir setiap harinya saya membaca amalan buku ini disamping pernah diijazahinya saya merasa adem melantunkan bacaannya. Merasa tenang dan damai seakan-akan semua baik-baik saja. Buku ini juga mengajak para pembaca supaya bisa meresapi bacaan–bacaan yang sebenarnya menyimpan kalimat pujian Allah swt sebagai tuhan yang patut disembah.
Cocok sekali untuk semua kalangan baik muda dan tua sebagai pedoman mengingat kebesaran Allah swt. Ada banyak kisah perjalanan Sayyid Abdullah yang perlu digali nilai–nilai tasawufnya. Pertama Sayyid sering melakukan mujahadah semasa kecilnya yang juga sebagai kekuataan spiritualnya sebagai beriman. Kedua sering berziarah ulama-ulama besar yang juga bisa menghargai jasa-jasanya. Mungkin masih banyak penjelasan bisa dicek sendiri di buku amalan rotibul Hadad. Dijamin bakalan terus menerus mengamalkan buku ini!