Suatu hari, seorang laki-laki sedang berhaji dan dirinya lebih banyak membaca sholawat nabi di beberapa tempat ibadah haji (arofah, mina, multazam, maqom ibrahim dsb). Tiba-tiba ada seseorang bertanya, “kenapa kamu hanya baca sholawat saja dan tidak membaca doa yang sudah diajarkan terutama di tempat-tempat mustajab?
Menjawab pertanyaan tersebut, laki-laki tadi lalu bercerita bahwa dia dan orang tuanya pergi haji. Tiba-tiba orang tuanya meninggal di kota Bashrah. Betapa kaget dia ketika tiba-tiba wajah ayahnya berubah seperti kuda. Laki-laki itupun sedih tiada terkira hingga akhirnya dia terlelap tidur.
Dalam tidurnya, laki-laki itu melihat Nabi Muhammad SAW. Laki-laki itu memegang erat nabi sambil menceritakan kisah yang dialami yakni wajah orang tuanya yang berubah seperti wajah kuda. Nabi mengatakan bahwa orang tuanya dulu pernah memakan riba. Untungnya, “orang tuamu selalu membaca sholawat kepadaku ketika hendak tidur sebanyak 100 kali,” kata Nabi.
Maka, lanjut Nabi, ketika gambar wajah orang tua tadi datang kepadaku, malaikat memberi laporan aktivitas ibadah yang dilakukan umatku salah satunya aktivitas membaca sholawat sebelum tidur. “Lalu aku meminta kepada Allah agar orang tua tadi bisa mendapat syafaat (pertolongan),” kata Nabi Muhammad SAW. Maka, wajah orang tua tadi berubah seperti rembulan ketika purnama.
Ketika proses penguburan orang tua tadi, tiba-tiba terdengar suara yang mengatakan bahwa penyebab datangnya pertolongan kepada orang tua tadi adalah kebiasaanya membaca sholawat dan salam kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Mendapati peristiwa yang demikian, laki-laki yang tak lain adalah anak orang tua tadi bertekad membaca sholawat nabi dimanapun dan kapanpun.
(Sumber : Kitab Irsyadul Ibad karya Syekh Zainuddin Al Malaybar bab keutamaan membaca sholawat hal. 62)