Halo Sobat Santun! Menagih utang merupakan hal yang sering dilakukan oleh banyak orang, baik sebagai pemberi pinjaman maupun sebagai pekerjaan penagih utang (debt collector).
Namun, terkadang menagih utang tidak selalu mudah dan lancar dilakukan. Kadangkala hanyalah pertengkaran yang didapatkan.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan utang tidak dibayar tepat waktu, seperti kesulitan keuangan, faktor lupa, atau sengaja tidak membayar.
Oleh karena itu, dalam artikel kali ini kita akan membahas lebih jauh mengenai strategi dan etika yang tepat agar bisa menagih utang dengan baik dan benar sehingga tidak menimbulkan masalah yang berkelanjutan dengan orang yang berutang.
Berikut penjelasan Adab menagih utang dalam Islam
Pehatikan, dilansir dari Kemenag dan detikHikmah, orang yang memberi utang memang memiliki hak untuk menagih harta yang dipinjamkannya. Namun, tidak semua kesempatan dijadikan arena menagih hutang.
Pertama, tidak memperkenankan untuk menagih utang kepada orang yang sedang berada dalam keadaan kesulitan atau tidak mampu. Ini penting karena untuk tidak membebani dan menyulitkan lebih parah.
Kedua, menagih utang saat sudah jatuh tempo sesuai kesepakatan.
Dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah dijelaskan Imam Ahmad bin Hanbal berkata; Selayaknya pemberi pinjaman untuk menepati janjinya.
Kedua, menagih utang dengan cara yang baik.
“Siapa yang menuntut haknya, sebaiknya menuntut dengan baik, baik pada orang yang ingin menunaikannya atau pada orang yang tidak ingin menunaikannya.” (HR. Ibnu Majah)
Ketiga, jika yang berutang belum mampu membayar, dianjurkan menunggu sampai mampu atau membebaskan utangnya.
“Siapa yang senang diselamatkan Allah dari kesusahan hari kiamat, maka sebaiknya menghilangkan kesusahan orang yang terlilit utang atau membebaskannya.” (HR. Muslim)
Keempat, tidak boleh mengambil keuntungan dari utang, seperti bunga.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan tinggalkan riba, jika kalian orang beriman.” QS. Al-Baqarah ayat 278.
Strategi Lain
Pertama, Tentukan Waktu yang Tepat
Dalam menagih utang kita sebisa mungkin harus ‘tahu waktu’ dan menghindari jam-jam yang tidak tepat, seperti saat orang yang berutang sedang sibuk, sedang berduka, atau sedang mengalami masalah lainnya.
Pilihlah waktu yang tenang, nyaman, dan tepat untuk berkomunikasi dengan orang yang berutang. Sehingga dapat meningkatkan kemungkinan utang kita akan dibayar.
Kedua, Gunakan Kata-kata yang Halus dan Santun
Hal kedua yang harus dilakukan adalah ‘memainkan kata’ dengan halus dan santun. Hal ini dikarenakan agar kita dapat menyentuh emosi dengan baik kepada orang yang berutang. Sebisa mungkin kita harus menghindari penggunaan kata-kata kasar, menyerang, atau menuduh orang yang berutang.
Gunakan kata-kata yang menunjukkan rasa hormat, pengertian, dan kerjasama. Misalnya, “Maaf mengganggu, saya ingin mengingatkan tentang utang kamu yang sudah jatuh tempo. Apakah kamu sudah memiliki rencana untuk membayarnya?”.
Kalimat tadi merupakan salah satu contoh kata-kata halus dan santun untuk menagih utang tanpa unsur kasar, menyerang, ataupun menuduh orang yang berutang. Mungkin nantinya kata-kata tersebut dapat Sobat Santun sesuaikan kembali sesuai dengan kondisi yang sedang dialami ya!
Ketiga, Tidak Menagih Hutang dengan Menyindir di Status Sosial Media
Hindari menagih utang dengan membuat status di sosial media melalui cara menyindir dan sarkasme. Sebab tidak semua orang menerima sindiran halus maupun kasar. Saran Mimin Islamsantun, mendingan Sobat Santun langsung komunikasi lewat WA atau media sosial lainnya.
Caranya, ketika kita akan menagih utang melalui WA pastikan pesan yang kita kirim singkat, padat, dan jelas. Hal ini dikarenakan apabila kita mengirim pesan yang terlalu panjang akan membuat orang yang berutang malas membaca pesan kita. Begitu dulu ya, Sobat Santun.