Gus Dur pernah berkata: Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu’,” Kaimat ini sederhana namun memiliki makna yang dalam. Gus Dur ingin menunjukkan bahwa kebaikan itu universal, melampuai sekat-sekat dan batas-batas apapun, bahkan sekat agama sekalipun.

Bila dicermati, pesan ini sebenarnya berakar dari hadis Nabi yang menyatakan : khairunnas anfa’uhum linnas (sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat pada sesama manusia). Hadis ini secara tegas memberikan stadar terhadap kebaikan seseorang yaitu yang bisa memberikan manfaat pada orang lain. Jika Gus Dur menyuruh berbuat baik maka artinya menyuruh memberikan manfaat pada orang lain.

Dalam hadis itu juga disebutkan bahwa orang lain yang menerima manfaat sebagai standar kebaikan seseorang, bersifat umum tidak ada pengecualian (istisna’). Siapa saja yang bisa memberikan manfaat pada orang lain adalah orang baik. Ini artinya orang Islam yang baik adalah yang memberikan manfaat kepada siapapun termasuk kepada non-muslim atau orang lain yang bukan kelompoknya, etnisnya apalagi golongannya atau partainya. Inilah yang dimaksud Gus Dur bahwa orang yang melakukan kebaikan tidak pernah ditanya agamanya.

Fenomena ini terlihat nyata pada sosok Didi Kempot. Dia melakukan kebaikan kepada siapa saja dengan mengajaknya terus bersenang-senang sekalipun berada dalam kubangan duka, terus mengajak bersemangat dan berbahagia sekalipun dalam tekanan derita. Melalui lagu-lagunya, Didi Kempot telah membuat manusia memiliki daya lenting (resilience) dalam menghadapi berbagai tekanan hidup. Memang ada yang berpandangan minor, dengan menyatakan bahwa fenomena Didi Kempot merupakan opium yang tidak bisa dijadikan solusi menyelesaikan masaah. Dia hanya bisa menghilangkan rasa sakit sementara, setelah pengaruh opium hilang, maka sakitnya akan kambuh lagi.

Tapi Didi kempot bukanlah sekedar memberi opium yang hanya bisa menghilangkan rasa sakit sementara. Dia tidak sekedar mengajak masyarakat melupakan derita dan tekanan hidup sementara melalui jogetan mengiringi lagu-lagunya. Ibarat dokter, setelah memberi opium penghilang rasa sakit, dia melakukan operasi untuk mengambil penyakit atau membenahi organ-orang lain yang sakit. Dengan demikian, si pasien tidak merasa sakit saat dioperasi dan ketika pengaruh opium hilang mungkin orang akan kembali merasa sakit, tetapi karena pengaruh operasi, bukan lagi karena penyakitnya.

“Operasi”  yang dilakukan Didi Kempot adalah mengajak masyaraat untuk berbagi, peduli dan berbuat baik pada sesama. Hal ini dia lakukan kepada semua orang termasuk kepada orang-orang yang sedang galau dan mengalami tekanan hidup. Dan semua orang menerima dan mengukuti ajakan tersebut dengan sukarela dan sukacita, tanpa ada yang merasa tertekan atau terpaksa. Lagu-lagu yang dinyanyikan Didi Kempot telah menggerakkan hati dan membuka kesadaran masyarakat untuk saling berbagi.

Hal ini terlihat nyata pada gerakan amal yang dilakukan Didi Kempot melalui penggalangan dana untuk membantu korban pandemic Covid-19 yang diselenggarakan pada tanggal 11 April. Suatu event yang diprakarsai Didi Kempot bekerjasama dengan Kompas TV. Konser yang dilaksanakan dari rumah dan ditayangkan melalui stasiun TV itu telah berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 7,6 milyar. Dana ini terkumpul dari masyarakat yang bergam etnis, agama dan latar belakang. Demikian juga pembagiannya diberikan kepada seluruh masyarakat tanpa melihat agama, ras, etnis, golongan dan kelompok.

Selain melalui lagu-lagu, operasi penyakit hati juga dilakukan Didi Kempot melalui laku hidupnya yang sederhana, lembah manah (humble), loman (dermawan) dan grapyak semanak (egaliter). Sebagaimana dinyatakan Rosi bahwa ide konser dari rumah untuk penggalangan dana korban Covid-19 ini murni datang dari Didi Kempot. Bahkan dia mengeluarkan dana pribadi untuk biaya produksi acara tersebut. Katika dana sudah terkumpul, dia sama sekali tidak mengambil bagian, bahkan biaya produksi yang telah dikeluarkan secara pribadi itu tidak mau diganti.

Langkah-langkah nyata ini cukup menjadi bukti bahwa Didi Kempot tidak hanya memberikan opium untuk menahan rasa sakit sementara sebagaimana yang dituduhkan beberapa pengkritiknya. Gerakan amal dan laku sosial memberikan motivasi kepada generasi muda yang dilakukan Didi Kempot menunjukkan bahwa dia juga melakukan tindakan untuk mengobati dan menyembuhkan penyakit.

Berbagai kebaikan yang ditebarkan oleh Didi Kempot inilah yang membuat kepergiannya ditangisi oleh banyak orang. Mereka merasa kehilangan atas wafatnya Didi Kempot. Menurut saya, orang-orang yang menangis dan berduka itu bukan karena menangisi kepergian seorang penyanyi tapi lebih karena duka atas kepergian orang yang telah menebar banyak kebaikan.

Kalau duka ini muncul karena hilangnya seorang penyanyi dan penghibur maka yang sedih dan menangis adalah mereka yang suka lagu-lagunya Didi Kempot Saja. Kakau duka atas wafatnya Mas Didi Kempot ini karena dia seorang seniman hebat yang legendaris, maka yang sedih dan berduka hanya mereka yang concern pada dunia seni. Tapi kepergian Mas Didi Kempot ditangisi oleh banyak orang dari berbagai kalangan dan latar belakang. Mereka semua berduka atas kepergian Mas Didi Kempot. Semua ini membutikan bahwa kebaikan itu lintas batas dan tidak mengenal agama atau kelompok.

Kepergian mas Didi Kempot menyita perhatian publik, hingga media massa dan media sosial dipenuhi kabar duka selama berhari-hari. Ada yang membuat acara tribute to Didi Kempot, wawancara, mengekspose konsernya, menggali jejak sejarahnya sampai mebuat acara tahlilan dan doa untuk mas Didi. Semua dilakukan oleh masyarakat secara spontan dan suka rela sebagai bentuk apresiasi dan rasa cintanya pada almarhum. Kebaikan yang dilakukan Didi Kempot telah melampaui sekat apapun. Didi Kempot bukan sekedar seniman atau penyanyi. Dia adalah orang baik, dan kebaikan itulah yang membuat dia dicintai semua orang.

Nabi pernah bersabda: “kafaa bil mauti wa’idzan” (cukuplah kematian sebagai peringatan/ nasehat). Peristiwa kematian Didi Kempot merupakan pelajaran dan mau’idzah bagi kita semua bahwa kebaikan itu tidak kenal sekat dan batas, dan dia akan terbawa saat seseorang meninggal dunia.

***

 

Komentar