Islamsantun.org. Al-Qur’an, kitab suci umat Islam yang berisi 30 Juz, 114 surat, 6236 ‎ayat, yang turun dalam kurun waktu lebih dari 22 tahun, menyebut dirinya ‎sebagai keterangan (bayan), petunjuk (hudan), serta pelajaran, nasihat, ‎pesan (mau’idhah). ‎

Upaya untuk memahami keterangan, petunjuk serta pesan-pesan al-‎Qur’an telah dilakukan sejak masa Nabi Saw, yakni ketika al-Qur’an ‎diturunkan, hingga saat ini bahkan hingga akhir zaman nanti. ‎

Interaksi umat manusia dengan al-Qur’an dari zaman ke zaman telah ‎melahirkan beragam karya, baik karya tafsir, dengan beraneka corak dan ‎model penafsiran, maupun karya ilmiah lainnya sebagai upaya untuk ‎memahami pesan-pesan al-Qur’an tersebut.‎

Adalah Fazlur Rahman, seorang pemikir muslim kontemporer, yang ‎cukup serius mengkaji al-Qur’an dan menghasilkan karya Major Themes of ‎The Qur’an (Tema-Tema Pokok dalam Al-Qur’an), menegaskan bahwa pesan ‎al-Qur’an yang bersifat universal terletak pada aspek moralnya. Kandungan al-‎Qur’an yang abadi terletak pada prinsip-prinsip moral yang mendasarinya. ‎Rahman menyebut aspek moral sebagai ruh atau semangat al-Qur’an yang ‎sesungguhnya. Dengan demikian, seluruh ayat yang terdapat di dalam al-‎Qur’an, menurutnya, berisi tentang ajaran-ajaran moral sebagai pedoman ‎hidup manusia.‎

Berpijak pada pandangan Fazlur Rahman inilah, penulis, yang ‎merupakan peminat kajian al-Qur’an, dengan segala keterbatasan pemahaman ‎terhadap ayat-ayat al-Qur’an, berusaha untuk mencoba memahami—sebatas ‎kemampuan penulis— pesan-pesan moral yang terkandung di dalam ‎sejumlah ayat al-Qur’an sebagai upaya untuk ‎menghadirkan inspirasi yang mudah-mudahan mampu menggugah jiwa kita ‎untuk menatap hidup ini dengan penuh semangat optimisme.‎

Kata “memahami” pada judul tulisan ini perlu diapit ‎oleh tanda kutip, karena ungkapan ini tidak serta merta menunjukkan bahwa ‎pengetahuan tentang makna ayat-ayat tersebut yang penulis hasilkan itu ‎pasti benar adanya. Lagi-lagi, berpagi-pagi perlu penulis sampaikan, makna ‎ayat-ayat yang penulis maksud adalah hasil dari pembacaan penulis yang ‎sangat terbatas dengan dukungan sejumlah referensi yang terbatas pula.‎

Diyakini bersama bahwa al-Qur’an bersifat qath’i (tidak diragukan ‎kebenarannya), tetapi pemahaman serta penafsiran terhadap al-Qur’an ‎bersifat zhanni (jauh dari sempurna dan pasti mengandung kemungkinan ‎keliru dan salah).‎

Apa yang penulis coba lakukan ini adalah semata-mata panggilan ‎nurani dari seorang peminat kajian al-Qur’an, seorang yang terus berusaha ‎untuk belajar “memahami” makna ayat demi ayat yang terdapat di dalam al-‎Qur’an. Tidak ada sedikit pun maksud penulis untuk menafsirkan al-Quran, ‎karena hal itu jelas bukan kompetensi penulis. Apa yang penulis lakukan ‎hanyalah menyampaikan kembali pandangan para ulama, dalam hal ini para ‎ahli tafsir tentang ayat-ayat yang penulis uraikan dalam sejumlah tulisan penulis. ‎Selanjutnya, penulis hanya memberikan sedikit pandangan atau refleksi ‎pemikiran atas sejumlah ayat yang telah ditafsirkan oleh para ulama tafsir ‎tersebut. ‎

Penulis sadar sepenuhnya bahwa upaya “memahami” makna al-Qur’an ‎bukanlah pekerjaan ringan dan mudah. Untuk itu, ketika berusaha memahami ‎makna ayat demi ayat al-Qur’an yang penulis nukil dalam sejumlah tulisan, penulis ‎selalu merujuk kepada sumber-sumber ilmiah yang dapat ‎dipertanggungjawabkan, yaitu kitab-kitab tafsir mu’tabar yang ditulis oleh ‎para ahli tafsir.‎

Akhirnya, penulis berharap semoga sajian sederhana berupa tafsir ‎ayat-ayat penuh inspirasi yang menggugah jiwa dalam setiap tulisan, dapat memberikan setetes ‎embun kesejukan bagi jiwa-jiwa yang tengah dirundung kegalauan. Semoga ‎uraian singkat atas ayat-ayat penuh motivasi dalam sejumlah tulisan yang dihadirkan setiap pagi mampu ‎menghadirkan semangat optimisme bagi pribadi yang tengah rapuh, menjadi ‎penawar hati yang gundah, batin yang resah dan jiwa yang gelisah.‎

‎* Ruang Inspirasi, Jumat, 28 Januari 2022.

Komentar