Pagi tadi, istri sibuk menyeduhkan kopi jahe Arabika dari kota Blitar, saya sendiri hanya bisa menunggu sambil membuka paket baru datang dari Jawa Tengah yang berisi buku berjudul Beragama di Masa Corona: Ideologi, Narasi dan Konvergensi tulisan Abraham Zakky Zulhazmi, dkk, terbitan Islamsantun bekerjasama dengan penerbit Sulur Yogyakarta. Ketika kopi jahe dan beberapa kudapan sudah dihidangkan oleh istri, pertanda buku baru yang dipengantari oleh Abd. Halim sebagai pemred islamsantun sudah harus mulai dibaca.
Virus corona telah banyak membuat orang putus asa. Saya sendiri, ketika melihat atau mendengar kata corona, rasanya ingin muntah saja. Termasuk ketika membaca kata corona yang sangat besar dalam sampul buku ini. Virus yang benar-benar telah mengisi semua ruang isu dalam kehidupan, belum bisa diketahui secara persis akhirnya, jumlah korban corona semakin hari kian bertambah. Sampai hari ini, corona telah merenggut dua persen nyawa penduduk dunia.
Corona telah membuat berbagai bidang dalam kehidupan ini menjadi tidak menarik lagi untuk sekadar diperbincangkan. Karena memang, corona di ruang-ruang publik selalu menggunakan persepektif virologis dan medis yang kemudian, corona menjadi sangat menegangkan dan menyeramkan. Bagaimana corona memiliki daya tular (transmissibility) jauh lebih kuat dari virus SARS & MERS yang dalam waktu tiga tahun hanya menginfeksi sekitar delapan ribu orang, sedangkan virus corona dalam beberpa bulan saja sudah jutaan yang terinfeksi.
Rasanya kemudian, membaca buku Beragama di Masa Corona yang merupakan buku tulisan bersama empat puluh satu penulis menjadi tidak membosankan karena corona dibaca tidak menggunakan persepektif yang mencekam, yaitu virologis, epidemiologis, patologis dan medis. Setiap penulis dalam buku ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda dan merefleksikan corona dengan tidak sama. Saya sendiri sebagai salah satu penulis dalam buku ini membuat artikel berjudul Jimak di Tengah Covid-19 dalam Kitab Qurratul ‘Uyun, sebuah kitab kuning paling populer dalam tradisi pesantren tradisional yang menjelaskan nikah dan hubungan seks syariah.
Bagaimana para penulis yang lain dalam buku ini menulis mulai tentang sejarah wabah di dunia. Bagaimana juga seharusnya kita bersikap di tengah serangan pandemi, apakah usaha apakah tawakal saja. Juga jihad dalam konteks era corona. Juga corona dan hubungannya dengan dunia pesantren, spiritualitas dan kearifan lingkungan hidup hingga corona dan industri jamu. Buku ini menjadi penting untuk dibaca dan dimiliki sebagai penambah wawasan dan dokumentasi era pandemi bernama lengkap COVID-19.