Pendidikan karakter saat ini sangatlah dibutuhkan. Beberapa golongan, kita tahu, mulai memasukkan ideologi transnasional dan memberikan doktrin keagamaan intoleran serta menafikan nasionalisme. Sebagai contoh adalah adanya wawasan yang diselipkan dalam dunia pendidikan sehingga meracuni generasi bangsa (menolak hormat bendera, enggan menerima Pancasila dll).
Hasil survey PPIM menemukan: sekitar 29% guru (dari RA/TK hingga MA/SMA) berkeinginan untuk menandatangani petisi menolak kepala dinas pendidikan yang berbeda agama. Sekitar 34% guru juga berkeinginan menandatangani petisi menolak pendirian sekolah berbasis agama non-Islam di sekitar tempat tinggalnya. (mediaindonesia.com)
Intoleransi dan bahkan radikalisme justru diajarkan di sekolah lewat bungkus pendidikan agama. Melengkapi kasus sebelumnya, di mana siswa tidak mau hormat kepada bendera, dan anak-anak TK berkarnaval dengan cadar dan bawa senjata. Ini peringatan bagi pemangku kepentingan pendidikan untuk mengevaluasi keberadaan pendidikan agama Islam (PAI), guru dan cara mengajarkannya di sekolah. (suaramerdeka.com)
Hal seperi ini akan mudah sekali diterima oleh siswa yang kurang memiliki karakter kebangsaan dan pemahaman moderasi beragama yang baik. Pendidikan karakter amatlah penting, sehingga perlu diberikan kepada siswa sejak usia dini. Anak usia dini masih dalam masa pertumbuhannya ini akan mudah menyerap berbagai pembelajaran yang diterimanya terutama di sekolah. Sekolah membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupannya di masa dewasanya kelak dalam bersosial, keagamaan, dan kebangsaannya ketika dewasa.
Pepatah mengatakan: belajar di masa kecil, bagaikan mengukir di atas batu dan belajar masa tua, bagaikan mengukir di atas air. Di sini dapat dilihat bagaimana pendidikan di masa usia dini hingga remaja sangat mempengaruhi karakter manusia. Inovasi dalam dunia pendidikan perlu adanya perbaikan terutama materi yang mendidik siswa dalam hal karakter yang baik.
Diakui maupun tidak siswa Indonesia sangat lemah dalam hal karakter dan masih sangat jauh dari kata sempurna. Selama ini siswa hanya tertuntut oleh kakunya kurikulum sehingga siswa dituntut terus mempelajari materi yang ada dalam tulisan buku, PR yang menumpuk, bahkan penilaiannya hanya dilihat dari nilai yang bagus dalam menjawab soal, tidak berdasarkan pengamatan dalam akhlak keseharian di sekolah. Metode belajar yang melulu dengan soal-soal LKS ini tentu sangat membosankan bagi siswa usia dini yang masih cenderung dengan dunia bermain. Penyampaian materi di sekolah perlu sebuah inovasi.
Di tengah kecenderungan ini dosen IAIN Surakarta yang tergabung dalam lembaga Pusat Kajian Pondok Pesantren Nusantara (PKPPN), menghadirkan sebuah solusi berupa modul, yang memberikan metode belajar yang berbeda. Mengedepankan pendalaman karakter, kebangsaan dan moderasi beragama yang dibungkus dengan metode mengajar yang mengasyikkan.
Modul membangun karakter moderat ini dikemas elegan dan sangat cocok bagi siswa. Modul ini memuat inovasi kreatif dalam mengajar dan materi yang tersirat dari pembelajaran yang akan disampaikan pada siswa mulai tataran RA-MI hingga MTS – MA. Bahasan materi dan penyampaiannya pun menggunakan bahasa yang renyah dan mudah dipahami dan langsung bisa diterapkan dalam keseharian.
Materi yang diangkat sangatlah kompleks, mulai dari wawasan kebangsaan, pengenalan berbagai perbedaan di Indonesia (pluralisme), penanaman karakter yang toleran, santun dan ramah dalam beragama, kedisiplinan dan kejujuran dalam keseharian, juga tentang akhlak yang baik terhadap sesama manusia dan juga alam.
Adapun untuk memahamkan siswa tingkat RA/MI ditampilkan komik yang menceritakan bagaimana bertoleransi, pengenalan berbagai agama dll. Sehingga siswa tidak bosan membacanya. Membaca komik juga mempermudah siswa mengimajinasikan dan mempraktekkannya secara nyata di lingkungan sekitar.
Pembelajaran tentang bagaimana guru akan mengajarkan pun dimasukkan dalam modul ini yang telah diinovasi sehingga tidak membosankan, yakni dengan metode-metode yang ada di lingkungan dan mudah untuk dilakukan serta cocok untuk anak didik. Sebagaimana contoh dalam hal karakter kedisiplinan dan tanggung jawab maka bisa melewati praktek piket kelas, upacara, pramuka dan lainnya. Dalam hal wawasan kebangsaan, keberagaman bisa melewati media cerita, bernyanyi lagu nasional, bermain dll. Melalui metode-metode ini, siswa diharapkan akan senang belajar, karena metodenya mudah diingat dan dilakukan.
Topik ke-6 pada tingkat MTS-MA dalam modul ini sangat menenekankan pada karakter siswa yang santun dan bijak. Perilaku santun dapat kita lihat dari perilaku yang sopan, orang yang berperilaku santun mampu menempatkan dirinya dalam pergaulan. Sebagai makhluk sosial kita akan selalu membutuhkan orang lain. Karenanya kita seharusnya bertutur dan berperilaku santun. Jika kita baik dan santun pada orang lain, mka orang lainpun akan segan serta akan bersikap baik dan sopan pula pada kita. (hlm. 72).
Penanaman karakter santun sangat dianjurkan oleh agama sebagaimana firman Allah, “Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu” (QS Ali Imran:159). Rasullullah pun dalam keseharian, berdakwah, selalu mengedepannya akhlak yang santun.
Kita sebagai umat Islam tentu harus meniru teladan kita, dan sangat mengharapkan anak-anak kita memiliki akhlak yang baik. Sehingga amatlah penting penanaman karakter santun dimulai sejak dini mulai RA hingga MA.
Dr. H. A Umar dalam sambutan pengantar modul ini menyambut baik dan mendukung terbitnya modul. Hal ini sangat cocok dengan slogan “madrasah hebat bermartabat” yang menjadi slogan madrasah seajak 2018. Hebat disini berarti meningkatnya kualitas peserta didik dalam aspek akademik dan non akademik. Aspek bermartabat berkaitan dengan pembentukan dan pembangunan karakter peserta didik guna menghasilkan peserta didik yang berakhlakul karimah.
Dengan adanya modul ini diharapkan dapat meningkatkan mutu generasi bangsa, sehingga menumbuhkan generasi yang memiliki karakter akhlak Qurani, bertoleransi dan nasionalisme yang tinggi juga memiliki wawasan yang luas tentang keberagaman.
Judul : Membangun Karakter Moderat; Modul Penguatan Nilai-Nilai Moderasi Beragama Pada Madrasah RA/MI & MTS/MA
Penerbit : PKPPN IAIN Surakarta dan dan Direktorat KSKK Madrasah Kementrian Agama Republik Indonesia
Cetakan I : Desember 2019
Tebal : 116 & 112 Halaman
ISBN : 978-623-91227-1-3 dan 978-623-91227-2-0