Sebelum saya memasuki review isi dari buku “The Truth about Muhammad, Founder of The World’s Most Intolerant Religion” saya akan sedikit mengulas secara singkat tentang siapa sebenarnya Robert Spencer, yang telah menulis buku ini. Jika dalam kritik sastra dikenal dengan “historical/ biographical approach“, bahwa biografi dan apa yang di fikirkan sang pengarang tidak jauh dari apa yang dia yakini. Jika pembaca yang Budiman seorang Muslim tidak akan kaget atau merasa ciut dengan adanya buku ini, dan setelah membaca mungkin bisa menyimpulkan” oh, begini toh pemikiran si Spencer”karena dalam tulisan mesti ada yang namanya bias, bagaimana seorang penulis mengiring pembaca  kedalam point of viewnya. Sebagai seorang pembaca, dalam kritik sastra ada juga namanya “Reader Response Criticism” bagaimana seorang pembaca memposisikan dirinya, sebagai penikmat, penkeritik, atau sebagai penganut.

Robert Spencer lahir pada tahun 1962 tahun, pernah mengenyam pendidikan di University of North Carolina di Chapel Hill dengan fokus study keagamaan, Spencer seorang anti-islam, sehingga banyak dari karyanya yang bersifat sentimental terhadap agama Islam, beberapa karya Spencer yang terkenal diantaranya adalah

1) The Truth about Muhammad: Founder of the World’s Most Intolerant Religion (2006)

2) The Politically Incorrect Guide to Islam (And the Crussades) (2005)

Kedua buku ini yang melambangkan nama Robert Spencer sebagai “New York Times Best Seller Author” buku The Truth about Muhammad yang akan saya ulas secara singkat

Sayangnya, Spencer dengan beberapa ulasan singkat biografi Nabi Muhammad meqiyaskan adanya terorisme dalam Islam tidak jauh dari ajaran yang dibawa, karena Spencer juga menyebutkan  kebanyakan dari teroris menganggap Nabi Muhammad sebagai semboyan inspirasi bagi mereka.  Nampaknya Spencer hanya menemukan Islam dari satu sudut saja, tidak dengan sudut lainya seperti pernyataan tegasnya ” Islam rilegion of peace seem a polite fiction” Islam sebagai agama yang damai hanyalah sebuah fiksi santun.

Baginya, perbuatan ummat Islam di Dunia baik dan buruk merupakan terinspirasi dari Nabi Muhammad.  Hadits, Al Qur’an dan Sirah  sebagai acuan dalam bertindak  yang kemudian seseorang bisa disebut dengan Insan Kamil. Lagi dan lagi, Spencer mengutas hal ini sebagai suatu keyakinan yang mistis bagi Ummat Islam dengan memberikan suatu supporting tentang Konflik politik masa lalu ketika Abd Al-Qadir Al Jaza’iri (1808-1883) yang menyerang Prancis atas dasar Jihad. Dia menuturkan bahwa Kasus-kasus yang sperti ini yang menjadikan Nabi Muhammad menjadi figure yang terkenal dan menarik untuk dianalisis dikalangan ilmuwan Barat.

Dalam konteks kenabian, Spencer mengatakan bahwa apa yang di sampaikan Nabi Muhammad bersumber dari beberapa ajaran Kristiani, Budha, dan Zoroastrianism. Selama Karir kenabian Nabi Muhammad dan selama perjalanan dakwah keislaman menurutnya bergantung kepada ajaran Yahudi, Kristiani, dan Sumber lainnya. Spencer mensuport pendapatnya dengan adanya beberapa kesamaan antara Islam dan agama Yahudi seperti sama-sama memiliki unsur monotheism, arus keturunan para nabinya, dan hukum-hukum ajaran agamanya, menghadap kota suci ketika beribadah.

Namun ada kebingungan dari narasi Spencer disini, mengungkapkan bahwa  Nabi Muhammad adalah akhir dari para Nabi sebagaimana yang telah disampaikan dalam ayat-ayat Bible. Nampaknya Spencer ingin memberikan ulasan kembali tentang kesamaan antara Islam dan Kristiani dengan mengatakan bahwa ada beberapa isi dalam Al Qur’an yang sama dengan Bible, seperti nama-nama para nabi yang sama-sama tertera di Al Qur’an dan Bible:  Nabi Zakariya(Zakariya), Nabi Ilyas(Elisha), Nabi Ismail(Ishmael), Nabi Isa(Jesus), Nabi Nuh (Noah) dan Nabi Lut (Lot), Nabi Ibrahim (Abraham), Musa (Moses), Sulaiman (Solomon), Nabi Yusuf (Joseph) , Ayyub (Job), Harun (Aaron), Nabi Daud( David).  Spencer mengatakan bahwa karakter tokoh( para Nabi) dan detail ceritanya dalam Al Qur’an dianggapnya bersumber dari Talmud dan Bible.

Berbeda dengan para pakar sejarah yang mengatakan bahwa nabi Muhammad seorang yang Ummi (tidak bisa membaca dan menulis) salah satu mainstream Spencer mengatakan bahwa Nabi Muhammad pernah belajar kepada Waraqa bin Naufal, seorang yang mengakui kenabian nabi Muhammad pertama kali karena pemahamannya terhadap kitab agama Nasrani. Selain itu Suksesnya peran Nabi Muhammad tidak lepas dari peran Sitti Khodijah, seorang wanita yang kaya raya dan dari keluarga terpandang

Lantas bagaimana dengan pandangan Spencer tentang toleransi, walaupun sudah banyak dalam Islam yang menerangkan tentang kebebasan, Spencer berargumen Islam tidak memiliki toleransi terhadap agama lain

Prophet of Islam left in the Qur’an and Hadith favors not tolerance and harmony between Mus-lims and non-Muslims

“Nabi dalam Islam mewariskan Al Qur’an dan hadist mendukung tidak adanya toleransi dan keharmonisan antara Muslim dan Non-muslim”

Dari sejarah dimasa nabi yang dianggabnya tidak bersikap toleransi ketika perjanjian kaum Yahudi dan Islam pada masa nabi yang terlalu memojokkan kaum Yahudi diatas otoriter umat Islam. Spencer juga mengulaskan beberapa kasus-kasus jihadist yang menjadi teroris dan kekerasan dalam Islam terinpirasi dari Nabi Muhammad, oleh karenanya dia menyebut mereka dengan “pure muslim. Spencer juga membawa konflik politik sperti kejadian pengeboman 2001 sebagai suatu dalih pedang dalam menguraikan tentang tidak adanya toleransi dalam Islam, dengan memberikan dua Istilah “Muslim” dan “Islamis”. Muslim adalah seseorang yang memperaktekan Islam sebagai agama yang mulia, sedang Islamis adalah seseorang yang bukan hanya mengamalkan Islam melainkan juga sebagai Ideology Politik.

Pada akhir buku, Spencer memberikan kasus-kasus Jihad yang dianggap meniru jihad nabi Muhammad dengan subab “Imitating Muhammad Today”, dengan menginterpretasikan perang Badar sebagai dalil untuk berjihad di masa sekarang, menurutnya salah satu kalimat yang mempengaruhi orang Islam untuk berjihad dengan perang dan kekerasan seperti yang tertera pada buku klasik dan sejarah kenabian bahwa “Allah mengirimkan malaikat kepada seorang muslim yang berberang dan berjihad di tangan Allah”.

Menurutya perang Badar di masa lalu tidak berhenti menjadi sejarah, akan tetapi berlanjut menjadi kasuk pada bulan Mei 2004 seperti terpancungnya Nicholas Berg, warga sipil Amerika serikat. Contoh lainnya Jihadist Iraq, Abu Musab al-Zarqawi mengajukan perang untuk pertempuran besar dengan  dalil “bukankah sudah waktunya Ummat Islam untuk mengambil jalan jihad Membawa pedang para nabi-nabi”.  Dari hasil karya Spencer pengulasan makna intoleransi Islam disudutkan kepada kasus-kasus politik seperti Iraq dan Amerika dan Terorisme.

*Yunda, Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Komentar