Pesantren memiliki khas dalam pembelajaran agama Islam. Beragam keilmuan diajarkan di dalamnya. Ragam keilmuan tersebut di antanya: bidang tafsir seperti kitab Tafsir Jalalayn karya Jalal al-Din al-Suyuti dan Jalal al-Din al-Mahalli; Hadis seperti kitab Bulugh al-Maram Karya al-Suyuti dan Kitab Alfiyah ibn Malik di bidang nahwu. Dengan demikian, kajian beberapa kitab tersebut menjadikan santri memahami ajaran Islam baik dari sisi substansi maupun alatnya.

Kurikulum pembelajaran di atas memang didesain khusus di sekolah lingkungan pesantren. Aplikasinya dengan beragam pelajaran yang lain, pembacaan kitab-kitab tersebut memakan waktu yang cukup lama. Hal ini setidaknya berdasarkan pengalaman penulis di tahun 1988-1991,  selama 6 tahun lamanya kitab-kitab tersebut diajarkan dan ditutup dengan ujian baca kitab. Dengan modal tersebut setidaknya santri memiliki bekal  dalam kehidupan ke depannya khususnya dalam memahami ajaran Islam.

Salah satu pesantren yang mengajarkan kitab-kitab tersebut adalah Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. Sebuah pesantren yang berada di daerah pantura dan tidak jauh dari rumah tempat saya tinggal. Pesantren tersebut didirikan oleh KH. Musthofa bin Abd al-Karim yang kebetulan pada masa nyantri diasuh oleh KH. Baqir Adelan (w. 2006). Beliau masih keluarga dengan ayah saya. Antara ayah dengan pengasuh pondok sama-sama cucu pendiri pondok namun dari anak yang berbeda. Pesantren Kranji ini berarti dari keturunan pengasuh dari pesantren al-Karimi Tebuwung Dukun Gresik dan sesepuhnya berasal dari Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik. Dengan demikian, kekerabatan antar pesantren terjadi di sini.

Selama enam tahun inilah diajarkan kitab Alfiyah ibn Malik. Waktu enam tahun itu dilaksanakan pada jenjang Madrasah Tsanawiyah (Mts.) dan Madrasah Aliyah (MA). walaupun tidak sampai akhir dalam menyelesaikan seluruh bait yang ada, namun setidaknya di akhir kelas XII atau kelas III MA sudah selesai bab na’at yang jumlah 560 bait syair. Sejumlah bait-bait tersebut diajarkan oleh banyak guru dan kiai pesantren tersebut. Mereka itu antara lain Kiai Mustofa berasal dari Paloh, Kiai Syafi’ Ali (Kranji) dan Kiai Baqir Adelan (Kranji). Proses pembelajarannya dilakukan secara langsung di kelas dan sebelum penjelasan inti dari sejumlah nadhaman yang sedang dikaji maka seluruh siswa yang ada menghafal bait demi bait di depan kelas. Dengan demikian, pembelajaran ini mengisyaratkan kuatnya hafalan dan pemahaman atas kitab ini.

Beliau adalah Muhammad Jamal al-Din ibn Abdillah ibn Malik al-Andalusy yang dikenal dengan sebutan Ibn Malik yang dikaitkan dengan nama kakeknya. Lahir di Spanyol tepatnya di daerah Jayyan pada tahun 60 H. (1230 M.). Dalam kitabnya yang dikenal di seantero nusantara ini, Alfiyyah ibn Malik merupakan kitab tentang ilmu Nahwu. Di dalamnya berisikan kaidah-kaidah ilmu dengan jumlah 1002 bait.  Sejumlah bait tersebut termuat dalam 80-81 tema yang dikenal dengan bab. Dalam setiap bab di dalamnya memuat jumlah bait yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Bait terbanyak dalam bab adalah 45 buah yaitu dalam bab jama’ taksir dan jumlah bait tersedikit adalah sebanyak dua bait yakni dalam bab al-ikhtisas. Kitab ini direspons akademisi dan menghasilkan 40 karya lebih dalam bentuk syarah kitab tersebut. Salah satu dari syarah tersebut adalah Kitab Awdah al-Masalik ila Alfiyyah Ibn Malik. Dengan demikian, kitab ini merupakan kitab yang penting dalam kehidupan para pencari ajaran Islam. (MAS)

 

 

Komentar