Tajul Muluk*

Lalu apa maksud dari “Orang yg beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya?” . Itu artinya, iman saja tidak cukup. Lalu apa makna dari kata “baca lah” dalam pilihan wahyu pertama itu, kalau bukan upaya agar kita entas dari gelapnya cakrawala berfikir orang yg enggan belajar dan membaca?

Engkau akan banyak terjebak dalam ruang-ruang labirin kebodohan dan tersesat di dalamnya. Dan itu akan terus terjadi menimpamu sepanjang engkau bertahan dalam keistiqomahan jahiliahmu yang berkualitas.

Agama ini tidak sekedar tentang ikrar keimanan dan menampak dalam simbol-atribut yg pseudo religius itu. Beriman dan beragama tak selalu menampil dalam busana dan gaya bertutur. Kadang yang nampak biasa saja justru malah sangat ampuh rintihnya. Seperti tutur Kanjeng Rosul, “kadang yg nampak lusuh, sekali angkat tangan ke langit, apa pun pintanya diturutkan Pemilik Langit”.

Al-Imam al-Mawardi mengatakan “agama ini punya keterhubungan yg sangat erat dengan berbagai macam pengetahuan”. Pesan ini beliau tegaskan dalam karyanya, Adabud dunya wad din. Bahkan beliau nukilkan statement Shahibul Madzhab, Al-Imam As-Syafii tentang keistimewaan yang melekat pada setiap ilmu. “orang yg mempelajari Alquran akan agung nilainya, yang mempelajari fiqih akan luhur derajatnya, yang menulis hadis akan kokoh argumentasinya, yang mempelajari ilmu berhitung akan akurat pendapatnya, yang mempelajari bahasa akan lembut perangainya, dan orang tak mampu menjaga dirinya, tak bermanfaat ilmunya”.

Berapa kali kita terkecoh dengan tampilan seseorang. Nampaknya alim ahli ibadah karena kemana-mana pakai busana muslim, jebul dia bakulnya. Kemana-mana bawa buku dan kitab, ternyata dia salesnya.

Khalid bin Yahya, – alim beneran-, menasihati anaknya, “le… Kowe belajaro ilmu opo wae, belajaro sing tenanan sampe nguwasane, mergo menongso iku biasane nyengeti barang sing ora diwerruhi”. Berikut teks aslinya.

عليك بكل نوع من العلم، فخذ منه. فإن المرء عدو ما جهل.

Kenyataan begitu, orang yg melihat suatu peristiwa dengan pengetahuannya yang minimalis, akan menghujatnya dengan makiannya yang fasih. Dia anggap itu suatu keanehan, padahal dirinya lah yg aneh tapi nyata.

Betapa bijaknya penyusun kitab Ala-laa yg kecil mungil itu tapi besar dan kuat pengaruhnya. Dalam salah satu baitnya disebutkan,

“وكن مستفيدا كل يوم زيادة ~ من العلم واسبح في بحور الفوائد”

Jangan sampai ada hari yg hilang begitu saja tanpa ada pengetahuan baru yg kita dapatkan. Setiap hari, Allah turunkan pengetahuan, demikian kata Syeikh Abdul Wahhab As Sya’roni. Makan jangan sampai kita tidak mengambil bagian menadahkan diri agar turut terisi derasnya ilmu dari langit. Dalam bait ala-laa lainnya,

تمنيت أن تمشي فقيها مناظرا ~ بغير عناء والجنون فنون

Pada bait ini saya agak geli untuk mengartikannya, tapi tak apalah, ku tahan geliku.

Kau berangan ingin jadi orang cerdik pandai, tapi tak bersusah payah belajar dan berusaha, sekedar berangan saja, sini dengerin, orang gila itu banyak jenisnya, salah satunya ya kau itu.

Belajar itu adalah kebutuhan orang hidup, maka sepanjang dia masih bernafas, masih hidup dan berinteraksi dalam kehidupan di dunia ini, maka sepanjang itu pula harus terus belajar. Dalam hal ini, Kanjeng Nabi mengingatkan umatnya, ولا تموتوا جهالا، jangan sampai kalian mati dalam keadaan bodoh. Simpulannya, orang hidup itu wajib beriman dan orang beriman itu wajib berilmu.

* Dosen STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta dan Pimpinan Majlis Shalawat al-Intifa’ Yogyakarta

Komentar