Zastrouw Al-Ngatawi*

Muhasabah Kebangsaan
(Catatan Pejalanan ki Ageng Ganjur ke Hongkong #5)

Hongkong adalah negeri kapitalis yang kurang peduli pada kehidupan agama. Gedung- gedung dibangun menjulang tinggi dengan beton bertulang besi semua diperuntukkan untuk mendukung kegiatan ekonomi. Demikian juga kesibukan manusianya yang lalu lalang di jalanan sepanjang waktu, hampir semua bekerja demi mengejar materi.

Namun demikian bukan berarti tidak ada kegaiatan agama di Hongkong, terutama agama Islam. Di sela-sela belantara beton yang tinggi menjulang terselip beberapa bangunan masjid dengan manara tegak berdiri. Berdasarkan informasi bu Fatimah, ketua PCI Muslimat NU Hongkong yang selalu mendamlingi perjalanan rombongan Ganjur di Hongkong, ada lima masjid di seluruh kawasan Hongkong.

Pertama masjid Jamia (jami’) Hongkong yang terletak di 30 Shelley Street, Mid-Levels, Hongkong. Ini merupakan masjid tertua di Hongkong, dibangun pada tahun 1840 dengan gaya arsitektur Arab. Kubahnya besar dengan menara menjulang tinggi. Pada tahun 1915 dilakukan rehab terhadap bangunan masjid. Yang unik dari bangunan majid ini adalah banyak tangga di pintu gerbang masjid.

Kedua maajid Jami’ and Islamic Centre Kowloon. Ini adalah masjid terbesar di Hongkong dengan daya tampung 3.500 jamaah. Arsitektur masjid ini terbuka dengan lubang-lubang udara yang sangat banyak. Karena sirkulasi udara yang tinggi maka masjid ini tidak memerlukan AC. Di masjid yang terletak di Nathan Road, Tsim Tsa Tsui, Kowloon ini ada madrasah untuk belajar baca qur’an.

Saat kami berkunjung ke masjid ini, suasana lagi sibuk persiapan menyambut Ramadhan. Takmir masjid dibantu para pekerja Indonesia bekerja bakti membersihkan masjid, mencuci karpet, menyiapkan perabotan takjil dan sejenisnya. Menurut pengurus masjid yang mayoritas berasal dari Pakistan tradisi puasa di masjid ini adalah menyediakan takjil dan sahur serta pengajian. Letak masjid ini sangat strategis, berada di tepi jalan protokol dan persis di samping stasiun kereta bawah tanah (MRT). Karena letaknya yang strategis, masjid ini selalu rame dikunjungi orang. Selain untuk beribadah juga untuk sekedar istirahat. Apalagi masjid ini terbuka untuk siapa saja yang mau datang.

Ketiga masjid Chai Wan. Dibangun tahun 1963, berlokasi di Cape Collison, Chai Wan. Mula-mula masjid ini dibangun untuk mengurusi pemakaman dan pelayanan doa bagi ummat Islam yang meninggal di Hongkong. Sejalan dengan perkembangan jumlah kaum migran muslim yang terus bertambah akhirnya masjid ini menjadi besar. Suasana masjid sangat astri, teduh dan sejuk karena letaknya yang di dekat gunung dengan pepohonan yang rindang.

Di masjid ini ada madrasah untuk mengajar al qur’an bagi anak-anak. Para santri yang belajar di madrasah ini adalah anak-anak kaum migran yang mayoritas berasal dari Pakistan, Afghanistan dan India. Para migran dari Indonesia sedikit sekali yang bawa keluarga karena kebanyakan berprofesi sebagai pekerja,, kecuali mereka yang kawin dengan orang Hongkong atau migran dari begeri lain yang kemudian menetap di Hongkong bersama keluarga. Jumlah mereka sangat sedikit sehingga wajar saja jika anak-anak Indonesia yang jadi santri di madrasah ini minoritas.

Keempat masjid Stanley. Masjid yang berlokasi di 53 Tung Tau Won Road, Stanley ini pada awalnya dibangun oleh komunitas muslim India di Hongkong pada tahun 1981. Berarsitektur gaya India yang cantik. Masjid ini agak tertutup dan hanya diperuntukkan untuk ibadah. Tidak semua orang bisa berknjung untuk jalan-jalan di setiap waktu. Ini dilakukan untuk menjaga kekhusukan orang yang beribadah. Namun demikian bukan berarti masjid ini tidak boleh dikunjungi. Masjid ini tetap boleh dikunjungi hanya saja jika ada yang mau berkunjung untuk jalan-jalan dan melihat masjid harus mengajukan permohonan.

Kelima, masjid Ammar Osman Ramju Sadict Islamic Centre. Inilah masjid yang partama kali di kunjungi rombangan Ganjur saat tiba di Hingkong. Masjid ini dibangun oleh Incoorporated Trustees of The Islamic Community Fund of Hongkong. Suatu lembaga yang memiliki otoritas untuk melakukan sertifikasi halal di Hongkong. Di masjid yang terletak di 40 Oi Kwan Road, Wan Chai ini terdapat TK Islam dan restoran halal dengan menu utama dim sum. Masjid ini berada dalam satu bangunan gedung berlantai 8 yang berlokasi di tengah kota.

Masjid-masjid ini berdiri kokoh, terselip diantara rimba belantara beton dengan gedung-gedung tinggi menjulang. Meski menaranya tak setinggi bangunan gedung namun mampu memancarkan cahaya kedamaian dan ketentraman. Yang menarik, meski di tengah2 kepungan materialisme dan dibawah pemerintahan yang kapitalis sekuler namun keberadaan masjid terjaga dan terlindungi dengan baik. Dan ummat Islam bisa beribadah dengan bebas dan tenang tanpa gangguan suara bising pengeras suara yang berlebihan. Tak ada ancaman swiping dan persekusi dari kelompok yang merasa memiliki lisensi agama dan pemilik kebenaran. Tabik…. (bersambung)

*Budayawan

Komentar