Nuansa Ramadan memberikan perubahan religius dalam kehidupan masyarakat. Al-Qur an yang menjadi rujukan pedoman hidup umat muslim, didalamnya terdapat banyak ayat yang memerintahkan umat untuk senantiasa bersikap empati terhadap sesama. Salah satunya seperti yang tertera dalam Q.S Al-Maidah ayat 2: “ Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya”.

Dari ayat tersebut setiap muslim diajarkan untuk senantiasa selalu tolong menolong terhadap siapa pun dalam hal kebaikan dan jangan bekerja sama dalam hal kejahatan. Bertepatan dengan bulan ramadan ini menjadi momen yang tepat untuk memupuk ajaran dan sikap tersebut.

Setiap muslim tentunya mengetahui bahwa setiap waktu di bulan ramadan adalah ibadah yang penuh dengan keberkahan dan ampunan dari  Allah Swt. Puasa menjadi salah satu ciri khas bulan ramadan ini. Ibadah puasa melatih kesabaran dan merasakan penderitaan orang lain. Dalam menjalankan puasa diperintahkan untuk menahan makan, minum dan hawa nafsu, serta dianjurkan untuk berbuat kebaikan. Selain bermanfaat untuk diri sendiri berbuat kebaikan juga memberikan manfaat kepada orang lain yang berada dalam kondisi kesusahan.

Momentum ramadan sekaligus pandemi yang melanda serta dampaknya menjadi hal yang penting bagi kita untuk terus meningkatkan rasa solidaritas, empati dan kasih sayang terhadap manusia. Solidaritas merupakan sifat atau perasaan satu rasa, senasib dan kesetiakawanan. Dengan rasa empati, seseorang akan lebih rendah rasa egoisnya dan tergerak untuk berbagi kebahagiaan terhadap sesama. Orang yang kaya berbagi dengan saudaranya fakir, orang yang berilmu sudah selaiknya membagikan ilmu pengetahuannya kepada orang lain, dan yang sedang mendapatkan amanah sudah seharusnya mensejahterakan dengan kekuasaannya. Rasa solidaritas dapat timbul dari jiwa setiap individu tanpa melihat golongan.

Rasa solidaritas timbul bukan hanya dari ucapan, melainkan juga perbuatan nyata. Di bulan Ramadan ini misalnya, memberikan takjil, santunan anak yatim, santunan lansia, pemberian paket sembako, serta menyalurkan zakat fitrah dan fidyah. Selain itu, dengan kondisi pandemi saat ini kita juga dapat menyalurkan bantuan gratis berupa pemberian masker, hadsanitizer, mau pun uang tunai.

Memberikan takjil atau menyediakan makanan untuk berbuka puasa merupakan salah satu bentuk upaya meningkatkan solidaritas terhadap sesama muslim dan meringankan beban satu sama lain. Tidak hanya di masjid, di rumah, atau pun dipinggir jalan terkadang memberikan takjil juga dilakukan di lampu merah tempat orang sejenak jeda dalam perjalanan berkendaranya, kegiatan tersebut banyak dilakukan oleh individu ataupun sekelompok anak muda.

Lihatlah di era milenial ini, banyak organisasi atau pun kelompok anak muda yang memberikan dampak positif dengan menyisihkan  sebagian dari rezekinya untuk membelikan makanan kemudian dibagikan saat menjelang waktu berbuka puasa yang biasanya dilakukan dipinggir jalan atau pun di panti asuhan. Selain sebagai bentuk rasa solidaritas terhadap sesama, berbagi juga merupakan salah satu bentuk wujud syukur terhadap rezeki yang telah kita terima.

Inisiatif solidaritas menjadi tanda masih adanya sentuhan hati di bumi pertiwi ini. Melalui ibadah puasa ramadan ini diharapkan dapat meningkatkan rasa solidaritas, tetapi tidak hanya bulan ramadhan saja begitupun juga dengan bulan selanjutnya hingga dirasa beban yang ditanggung sesama terasa lebih ringan. Mari kita jadikan bulan ramadhan yang tinggal beberapa hari ini untuk meningkatkan ibadah dan memperbaiki diri.

*Pemuatan tulisan ini merupakan kerjasama antara UKM LPM Dinamika dengan islamsantun.

Komentar