Ainun Yudhistira*
Hari-hari awal menjalankan puasa di bulan Ramadan tentunya erat kaitanya dengan perubahan waktu dalam keseharian kita, waktu ibadah dengan tambahan ibadah-ibadah sunah yang kita kerjakan, waktu makan, waktu istirahat bahkan waktu dalam bekerja.
Puasa di era sekarang secara sederhana mudah sekali menghabiskan waktu dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari apalagi generasi sekerang ini banyak sekali hal-hal yang bisa dilakukan baik hal tersebut bermanfaat ataupun tidak misalnya dengan bermain game, menonton film, bermedia sosial, bermain bahkan tidur sekalipun.
Fenomena tersebut kalau kita perhatikan umumnya terjadi pada generasi muda saat ini. Meskipun kegiatan tersebut tidak membatalkan puasa akan tetapi nilai kemanfaatan dan keberkahan bulan ramadhan tidak akan diperoleh. Perlu dipahami sesunguhnya Ramadan adalah bulan yang mulia, bulan penuh barokah dan bulan penuh ampunan. Jadi berpuasa di era sekarang ini mudah sekali menghabiskan waktu puasa akan tetapi sulit sekali mengatur dan mengisi waktu puasa dengan hal-hal yang positif, bermanfaat yang mendatangkan amal sholih bagi kita.
Bagaimana menata efektivitas waktu di Bulan Ramadan
Hari-hari di bulan Ramadan merupakan waktu yang berlipat pahala di dalamnya yang tidak ada batasnya, jam demi jamnya adalah berisi rahman dan rahim Allah kepada hamba-hambanya, menit demi menitnya merupakan hembusan angin surga yang menyejukan dan detik demi detiknya merupakan kesempatan beribadah dan bertaubat yang tidak ternilai dalam hidup kita.
Kunci menata efektivitas waktu di bulan Ramadan adalah terletak pada tekad yang ada pada diri kita untuk melawan rasa malas dan senantiasa niat menggerakan hati, pikiran dan fisik kita untuk melaksanakan perbuatan yang bermanfaat yang di dalamnya menjadi nilai ibadah bagi diri kita.
Setidaknya ada lima waktu yang perlu kita perhatikan dalam keseharian dalam bulan Ramadhan yang sedikit banyak akan mempengaruhi ibadah dan aktivitas keseharian kita antara lain sebagai berikut:
Pertama, waktu sepertiga malam. Waktu tersebut merupakan sepertiga malam yang sangat mulia dan istimewa maka laksanakanlah sholat Qiamullail walaupun hanya dua rakaat. Mungkin ada yang melalaikan waktu sepertiga malam karena merasa sudah melaksnakan sholat tarawih. Padahal semestinya waktu sepertiga malam tersebut lebih bisa dihidupkan untuk mendapat keberkahan bulan Ramadhan.
Kedua, waktu setelah sholat Subuh. Inilah waktu yang cukup kritis dalam bulan Ramadan karena kita harus punya tekad yang kuat untuk melawan rasa kantuk berusaha tidak tidur hingga terbitnya matahari. Mengutip pendapat Ibnu Qayyim mengatakan “Di antara tidur yang tidak disukai adalah tidur antara sholat Subuh dan terbitnya matahari. Maka setelah sholat Subuh lakukanlah tadarus Al-Quran dan berdzikir sehingga terhindar dari rasa kantuk sampai terbitnya fajar.
Ketiga, waktu bekerja. Banyak di antara kita di bulan Ramadan tetap melakukan aktivitas bekerja ataupun belajar di sekolah. Meskipun kita sedang bekerja atau bersekolah maka kita tetap harus mengisi waktu segang kita dalam bekerja dengan amaliyah-amaliyah yang mendatangkan pahala bagi kita seperti ketika istirahat sholat bisa kita isi dengan sholat berjamaah.
Keempat, waktu bermedia sosial. Tidak bisa dipungkiri pada saat ini kita tidak bisa terlepas dari media sosial, maka di bulan Ramadhan bermedia sosiallah dengan bijak dengan tidak menyebarkan berita kebohongan dan memberikan informasi-informasi yang bermanfaat ataupun informasi keagamaaan yang bisa menambah khasnah keimanan.
Kelima, waktu menjelang Maghrib . inilah waktu yang ditunggu-tunggu semua umat muslim ketika menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Setelah seharian penuh kita menahan lapar dan dahaga maka tibalah saatnya untuk berbuka. Pada waktu inilah kita di ajarkan tentang makna bersyukur karena kita bisa menyelesaikan kewajiban puasa dan kita diajarkan meraskan nikmat yang luar biasa ketiaka kita berbuka puasa dimana minuman dan makanan terasa nikmat yang tiada duanya.
Semoga dengan tekad yang kuat kita bisa mengisi waktu di bulan Ramadhan ini dengan perbuatan yang bermanfaat dan mendatangkan nilai ibadah bagi kita. Sesungguhnya menjalankan ibadah puasa di era milenial saat ini mudah menghabiskan waktu tapi sejatinya sulit mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat.
*Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Surakarta