اللهُ أَكْبَرُ (9×)

اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ أَمَّابَعْدُ؛

فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ كَمَا قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. 

Ma’asyiral Muslim As’adakumullah

Marilah kita bertakwa kepada Allah Swt dengan menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya, agar benar-benar kita keluar dari bulan ramadhan mendapatkan ampunan dari Allah swt sebagaimana si jabang bayi yang baru lahir dalam keadaan fitri (suci). Pada bulan suci Ramadhan Allah Swt telah menyediakan lembaga-lembaga pengampunan yang cukup banyak, tinggal kita telah mempergunakan dengan baik atau tidak, jika benar-benar kita memanfaatkannya, maka 1 Syawal ini kita kembali fitri (suci) dan semoga amal perbuatan kita diterima di sisi Allah Swt. Amin.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. رواه البخاري

Barangsiapa berpuasa Ramadlan dengan keimanan dan mengharap ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari).

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ . رواه البخاري

Barang siapa yang mendirikan (qiyamullail) pada bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari)

Demikian pula, barangsiapa yang beri’tikaf, mendapat lailatul qodar, atau mengkhatamkan Alquran akan mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Maka, datangnya idulfitri ini, bukan hanya ampunan yang kita mohon, tetapi diterimanya amal perbuatan kita oleh Allah Swt.

Hadirin Rahimakumullah

Idulfitri adalah hari raya bagi umat Islam yang seharusnya kita rayakan dengan gegap gempita, karena kemenangan kita dalam menundukkan hawa nafsu selama sebulan lamanya. Kita telah membakar dosa-dosa kita dengan berpuasa di bulan ramadhan. Maka, takbir kemenangan kita kumandangkan semalam suntuk dan memakai pakaian yang terbaik yang kita miliki, sebagaimana disebutkan di dalam kitab al-Mustadrak diriwayatkan Hasan bin Ali Radhiyallah ‘anhu :

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْعِيدَيْنِ أَنْ نَلْبَسَ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ، وَأَنْ نَتَطَيَّبَ بِأَجْوَدَ مَا نَجِدُ، وَأَنْ نُضَحِّيَ بِأَسْمَنِ مَا نَجِدُ

Artinya: “Kami telah diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di dua hari raya, supaya kami memakai sebaik-baik pakaian yang kami peroleh, dan supaya kami berharum-haruman dengan sebaik-baik minyak wangi yang kami peroleh, dan supaya kami berkurban dengan segemuk-gemuk binatang yang kami peroleh.” (HR. Hakim).

Namun dalam kondisi dan suasana keprihatinan secara nasional, dan agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial, terhadap mereka yang kurang beruntung karena situasi ekonomi nasional dan dunia yang sedang memburuk disebabkan Covid-19 yang masih berlangsung hingga kini, maka kita rayakan secara sederhana. Musibah ini kita hadapi dengan sabar dan tawakkal kepada Allah yang menciptakan kita semua. Maka pernyataan Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam “Lathaa`iful Ma’arif” sangat tepat untuk kita renungkan bersama:

Hari Id) adalah hari di mana dosa hamba diampuni. Id bukan (terletak) pada baju baru, akan tetapi id adalah hanya bagi orang yang ketaatannya bertambah. Id bukan untuk orang yang berhias dengan baju dan kendaraan, akan tetapi id hanya untuk orang yang diampuni dosa-dosanya. Pada malam hari raya, pembebasan (dari neraka) dan ampunan dianugerahkan Allah pada hamba-Nya. Jika ia mendapatkan ampunan, maka dia berhak merayakan id. Jika tidak, maka ia akan terusir jauh.

Hadirin Rahimakumulllah

Melihat kondisi sekarang ini, sudah satu tahun bangsa Indonesia diuji pandemi Covid-19, sekarang memasuki tahun kedua, meskipun tidak hanya dirasakan oleh bangsa Indonesia, tetapi seluruh bangsa di dunia termasuk negara-negara muslim mengalami hal yang sama. Keadaan ekonomi masyarakat mulai mengkhawatirkan dan juga menggerus keadaan sosial budaya. Demikian pula tradisi berkerumun untuk sementara kita jauhi, silaturrahmi bisa dilakukan secara virtual, persoalan ibadah dan kegiatan keagamaan dilakukan dengan tidak leluasa, padahal selama ini menjadi perekat sosial dan kekuatan bangsa Indonesia. Akhirnya semua itu kita tunda dan kita tanggalkan untuk menghindari transmisi penularan Covid-19 yang lebih meluas. Sementara anak-anak hanya bermain game lewat HP yang mengakibatkan kurang berinteraksi dengan temannya, akhirnya menjadi gejala sosial baru yang sebenarnya merupakan ancaman bagi keberlangsungan hidup generasi mendatangkan.

Oleh karena itu, kita selalu memohon kepada Allah Swt agar kondisi ini berangsur-angsur membaik, dan bangsa Indonesia keluar dari krisis. Maka, kita tetap membangun solidaritas sosial, saling membantu bagi yang membutuhkan, saling mengingatkan bagi yang terlena, bahkan tradisi “Jogo Tonggo” sudah menjadi budaya baru saat pandemi Covid-19 ini, yaitu ketika tetangga mengalami karantina. Jauhilah sifat sombong dan arogansi, yang merasa kebal dari penyakit. Sudah banyak korban. Sementara agama memberikan kemudahan, maka kita jangan mempersulit diri kita sendiri. Tawakal tetap harus dibarengi dengan ikhtiar.

Maka menaati protokol kesehatan adalah perintah agama, karena bagian penting dari menjaga jiwa (hifdhud din). Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 195:

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan  (Al-Baqarah: 195)

Terkait agar tidak saling tular dan menularkan penyakit, Nabi Muhammad SAW bersabda:

لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ

Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan membahayakan diri orang lain (HR. Imam Ahmad, Ibnu Mâjah, dan lainnya).

Pada bagian lain, bahwa tindakan pencegahan (preventif) itu adalah lebih diutamakan daripada menghapuskan (mengobati). Dalam Kaidah Fiqih dikatakan:

اَلدَّفْعُ أوْلى مِنَ الرَّفْعِ

Mencegah lebih utama dari pada menghilangkan (mengobati)

Hadirin As’adakumullah

Sebagai upaya membangun solidaritas sosial, dan berbagi terhadap orang-orang fakir miskin, marilah kita renungkan pernyataan Syekh Usman bin Hasan bin Ahmad Syakhir Al-Khubari :

قِوَامُ الدُّنْيَا بِأَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ عِلْمُ الْعُلَمَاءِ , وَعَدْلُ الْأُمَرَاءِ , وَسَخَاءُ الأغْنِيَاءِ , وَدُعَاءُ الفُقَرَاءِ , فَلَوْلاَ عِلْمُ العُلَمَاءِ لَهَلَكَ الجَاهِلُوْنَ , وَلَوْلاَ عَدْلُ الأُمَرَاءِ لَأَكَلَ النَّاسُ بَعْضَهُمْ بَعْضاً , وَلَوْلاَ سَخَاءُ الأَغْنِيَاءِ لَهَلَكَ الْفُقَرَاءُ , وَلَوْلاَ دُعَاءُ الْفُقَرَاءِ لَهَلَكَ الأَغْنِيَاءُ. فَأَيُّ الْفُرَقَاءِ أَهَمُّ بِنَظْرِكَ؟

Tegaknya dunia dengan empat pilar: ilmu Ulama, keadilan pemimpin (pejabat pemerintah), kedermawanan orang-orang kaya, dan do’a orang-orang fakir. Maka sekiranya tidak ada ilmu Ulama, sungguh akan binasa (rusak) orang-orang bodoh, sekiranya tidak ada keadilan para pemimpin (pejabat pemerintahan), sungguh manusia akan saling memangsa antara sebagian atas sebagian lainnya, sekiranya tidak ada kedermawanan orang-orang kaya niscaya akan orang fakir akan binasa, dan sekiranya tidak ada do’a orang-orang fakir, sungguh akan rusak orang-orang kaya. Lalu kelompok mana yang paling penting dalam pandangan Anda?

Ilmu Ulama penting untuk menuntun orang-orang bodoh agar tidak tersesat disebabkan kebodohannya. Memang, banyak orang yang merasa telah beribadah dengan tekun, namun dilakukan dengan cara yang salah, maka tidak sah dan tidak diterima ibadahnya. Keadilan para penguasa juga penting, karena untuk melindungi orang-orang yang lemah dan dilemahkan, bukan untuk menindas orang-orang yang tidak bersalah. Kedermawanan orang-orang kaya menjadi penting untuk berbagi kekayaannya terhadap orang-orang fakir dan miskin, agar mereka tetap bisa melangsungkan hidupnya.

Namun satu hal yang tidak boleh terlewatkan adalah jeritan dan doa orang-orang fakir dan miskin yang penuh harap agar tetap bisa melangsungkan hidup dan menghidupi keluarganya sehingga dunia ini tetap kokoh. Intinya, bahwa harus saling membantu, gotong royong, saling memberi terhadap mereka yang sedang kekurangan, sangat dibutuhkan saat sekarang ini, untuk membangun solidaritas terutama mereka yang mengalami masalah dan kekurangan. Karena doanya orang-orang fakir dan miskin memiliki peran penting bagi tegaknya dunia ini.

Hadirin As’adakumullah

Demikian khutbah pada kesempatan ini, semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Semoga Allah selalu membimbing kita di jalan yang lurus dan memberikan kekuatan kepada kita untuk beristiqamah di jalan-Nya, dan semoga Covid-19 segera diangkat oleh Allah Swt dari Indonesia, sehingga bangsa kita tidak mengalami Covid-19 gelombang kedua. Amin ya rabbal ‘alamiin.

أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Silakan bagi yang bersedia makai twibbon Islamsantun.org klik: https://www.twibbonize.com/islamsantun

Komentar