Surakarta – Islamsantun Adakan Review Khutbah Berislam dengan Santun: Kumpulan Khutbah Jumat Tentang Nilai-Nilai Moderasi Beragama. Pada kesempatan ini Islamsantun mendatangkan Prof Dr. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D (Guru besar UIN Walisongo Semarang) Sukoharjo, 19 September 2023.
Ada beberapa catatan menarik dari draf buku yang berisi naskah khotbah dengan tema besar terkait moderasi beragama. Pertama, secara pilihan media, draf buku ini sangat penting bagi Masyarakat muslim. Dengan menyasar pada khotbah jumat, maka buku ini berpotensi untuk dikonsumsi secara rutin oleh Masyarakat muslim yang melaksanakan ibadah sholat Jumat. Meskipun tentu ada satu kelemahan karena ibadah Jumat di Indonesia mayoritas dan lazimnya hanya diikuti muslim laki-laki.
Kedua, meski buku ini ditujukan terutama kepada para khotib, tetapi tidak ada salahnya jika buku ini diberikan kepada penyuluh agama. Mengapa? Karena penyuluh agama juga membutuhkan pengayaan materi dan penyegaran substansi berkaitan dengan tema-tema dalam moderasi beragama. Apalagi model tulisan yang disajikan tematik dan tidak terlalu Panjang. Dengan begitu, penyuluh agama bisa berimprovisasi menyampaikan isu-isu penting berkaitan moderasi dengan cara yang efektif dan efisien.
Ketiga, selain itu, gagasan yang ada di buku ini bisa juga dibawa ke Pemerintah Daerah setempat untuk diitawarkan sebagai salah satu solusi kerukunan keberagamaan. Sebab Pemda juga diberikan anggaran khusus untuk Kerukunan Beragama. Buku ini berkaitan juga, secara tidak langsung, dengan kerukunan umat beragama.
“Buku khutbah itu harus ringkas, padat dan berisi. Khutbah yang baik adalah khutbah yang mendidik, mencerahkan, menginspirasi, memotivasi, menentramkan, menyejukkan dan memberi contoh yang mudah dilaksanakan”, sebut Prof Dr. H. Abdurrahman.
Kelima. Strategi penyampaian khotbah dilakukan secara ringkas, padat dan berisi. Pada prinsipnya khutbah adalah mendidik, mencerahkan, menginspirasi, memotivasi, menentramkan, menyejukkan dan memberi contoh yang mudah dilaksanakan. Wa khotibinnas ala qodri uqulihim. Inilah yang perlu kita sepakati terlebih dahulu.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tujuan tadi dapat tercapai, antara lain adalah khutbah itu perlu ringkas dan padat berisi. Bisa membuat tersenyum dalam satu momen dan di momen yang lain dapat mengetuk serta membuat haru. Salah satu yang dapat menjadi rujukan adalah KH Hasyim Adnan dari Kayu Manis Jakarta dan KH Dian Nafi Solo.
Keenam, Perlu memuat story telling. Agar tidak bosan dan bisa lebih mudah dipahami oleh Jemaah, maka perlu disisipkan adanya cerita pendek dalam Harus mampu menangkap gejolak yang terjadi di masyarakat. Kalau bahasa sekarang mungkin bisa mengambil isu-isu yang sedang viral. Tinggal ditentukan saja apakah tujuan khutbah itu untuk mendukung atau mencounter. Alat ukur atas sesuatu yang viral itu tentu keberagaman.
Secara umum, saya mencermati kehadiran buku ini adalah sangat penting. menggaungkan tentang cinta itu seperti Jalaluddin Rumi. Terdapat juga khutbah interaksi antar umat beragama tetapi singkat sekali penjelasannya. Tidak ditemukan khutbah-khutbah yang mengangkat puisi lokal, sejarah lokal, dan hal-hal yang sedang viral