Selalu ada yang menarik di balik kota tua muslim di Indonesia. Salah satunya Pulau Dom di kota Sorong. Sebuah pulau kecil, 10 menit menyebrang sebentar dari kota Sorong dengan perahu mesin. Pulau ini berkait erat dengan Kesultanan Ternate, Raja Ampat dan Demak di Jawa. Salah satu yang tersisa bukti tertulis hubungan keislaman itu kitab Tajul Muluk dalam bentuk manuskrip dengan beberapa bahasa; Arab, Melayu dst. Sayangnya, naskah kitab itu belum sempat ditunjukkan pada saya, karena terkunci di rumah asal Imam Masjid Dom.

Pulau Dom, berubah namanya menjadi Doom oleh kolonial, Belanda. Arti kata Dom dan Doom sungguh berbeda. Dom dalam bahasa Moi itu nama pohon di pulau Dom. Masjid Doom, di antara buktinya. Yang masih terlihat ada beberapa a.l. mimbar khutbah, tongkatnya, dan bedugnya.

Seperti lazimnya kolonial, beberapa peninggalan sejarah asal daerah dimusnahkan. Menurut penuturan Bapak Imam Masjid Dom, masjid pertama di kota Sorong juga diratakan menjadi tanah lapangan sepak bola, dulunya alun-alun. Masjid yang diratakan itu mirip dengan masjid Demak. Sayangnya, tidak ada foto atau bukti lain yang mendukungnya.

Sebagai pintu gerbang transportasi laut pada saat itu, pelabuhan di pulau Dom merupakan kota metropolitan. Bahkan dituturkan, semua kapal yang ingin ke pulau Raja Ampat pun harus melewati pulau Dom. Sekalipun, di pulau kecil nan indah pada masanya itu tidak ada kerajaan atau tokoh-tokoh penting di negeri Papua. Dua kolonial pernah menguasai pulau itu sebagai kawasan pertahanannya, Belanda dan Jepang.

Peninggalan Belanda yang hingga kini masih terlihat a.l. tempat penjara (masih ada pengintai dan kamar-kamarnya yang berubah menjadi hunian keluarga pejabat), bangunan gereja (nanti saya ceritakan pada bagian 2), gedung sekolah, kantor polisi dan asramanya, kantor telekomunikasi, dst. Adapun bukti pendudukan Jepang yaitu benteng pertahanan.

Saat ini, perkembangan Islam di pulau Dom memang tidak secepat yang dibayangkan. MAN Insan Cendekia Sorong saja tidak familier kata Bapak Imam Masjid serta umat Islam lainnya. Kebetulan kehadiranku bersama tim MAN IC sekaligus sosialisasi bersama Kepala Madrasah, Kasubag TU dll. Sementara perkembangan Agama lainnya sangat cepat sekali, ada Gereja besar sekali di atas bukit, dekat rumah asal Bapak Imam Masjid. Oh, ya, setiap Imam Masjid diberi rumah “dinas” di depan masjid. Khusus imam masjid ini nanti saya ceritakan pada bagian 2.

Cerita lain dari pulau Dom ini, masuknya Agama kristen bersamaan dg kolonial. Hubungan antar Agama di pulau Dom sangat harmonis. Pada bagian 3, nanti saya ceritakan.

Komentar