Memahami Gus Dur tak bisa dengan satu peristiwa saja. Banyak jasa yang telah ditinggalkan Gus Dur pada bangsa ini. Namun, keseluruhan hidup Gus Dur merupakan kumpulan puzzle yang harus dirangkai sempurna. Masih banyak orang yang belum mampu menerjemahkan pemikiran hingga tingkah laku yang dikerjakan selama hidupnya.

Secara garis besar, Gus Dur melakukan pembelaan terhadap kaum marginal (pinggiran), atau mereka yang tertindas merupakan laku yang selama ini ditempuh oleh Gus Dur untuk menyatukan seluruh pemikiran yang ada dalam kepalanya. Proses graduasi yang dialami oleh Gus Dur ini ujungnya adalah perdamaian. Bagaimana menyemaikan Islam rahmatal lil’alamin bila tanpa perdamaian? Gus Dur seringkali mengutip Fethullah Gülen dan Mahatma Gandhi. Keduanya menekan kekerasan dengan jalan dan cara pandang masing-masing.

Gus Dur mempunyai pandangan yang universal terkait perdamaian. Jebolan Al-Azhar Mesir ini tak hanya memikirkan nasional dalam negeri belaka, beliau memberikan respons terhadap dunia internasional (Iraq, Palestina, Burma dan sebagainya). Di dalam artikelnya, kita bisa melihat pijakan Gus Dur terhadap masalah perdamaian ini. Titik pijak beliau menggunakan Al-Quran (agama) sebagai bagian cara memberikan pandangan terhadap perdamaian internasional.

Selain itu, dengan kesantrian yang mendarah daging dan referensi keilmuan kitab kuning menjadi pijakan dalam menentukan arah pembicaaan Gus Dur. Permasalahan yang menimpanya mampu diurai dan dicarikan solusi dengan berbagai macam variannya. Kemudian diaktualisasikan  dalam gerakan sosial, politik dan kemasyarakatan.

Putra Menteri Agama pertama ini layak menjadi guru bangsa yang baik. Bila kita melihat Gus Dur secara utuh, kita bisa mengambil pelajaran yang bisa kita kloning bagi masa-masa kita. Setidaknya terdapat tiga karakter kuat yang tak lepas dari Gus Dur.

Pertama, gerakan sosial. Kedua, nilai-nilai luhur yang bisa menerobos apapun sebab nilai ini telah menjadi norma. Ketiga, Gus Dur sebagai seorang aktivis; dia memiliki target dan tujuan yang harus tercapai dalam tiap langkah dan geraknya.

Melihat perdamaian tak bisa dilepaskan dari latar belakang presiden keempat yang beragama Islam ini. Islam berakar kata dari salam yang berarti perdamaian. Maka Islam adalah perdamaian itu sendiri. Dengan kesadaran penuh, Gus Dur mampu mengejawantahkan makna Islam menjadi perdamaian dalam kehidupan sehari-hari. Bila kita ingin lebih detil menyimak kehidupan cucu pendiri Nahdlatul Ulama ini dari kecil sudah mengenal pluralitas bahkan, Gus Dur mengakui bahwa leluhurnya juga memiliki latar belakang yang beragam.

Perdamaian menurut Gus Dur bisa diciptakan dan dihapuskan dengan jalan penanganan secara tuntas persoalan utama berupa kesalahpahaman dasar antara ideologi negara dan aspirasi keagamaan. Bila hal pokok ini mampu terselesaikan niscaya para pemegang kekuasaan bisa mengejawantahkan dalam bentuk paket kebijakan prinsipil. Harapan inilah yang disampaikan dalam “Islam Kosmopolitan” (2007) sehingga pemerintah dari tingkat pusat hingga daerah memahami hal prinsip yang perlu dipegangi dalam menjalankan sebuah kebijakan.

Ahmad Nurcholish (2015) memberikan analisa terhadap pemikiran Gus Dur bahwa pendidikan menjadi jembatan penting menuju hal yang ingin kita capai. Dengan perdamaian yang berorientasi pada pengurangan konflik dan mencegah terjadinya kekerasan. Maka, kita tak bisa lepas dari kurikulum pendidikan mencakup subjek seperti: toleransi, tema-tema tentang perbedaan etno-kultural dan agama, bahaya diskriminasi, penyelesaian konflik dan mediasi, Hak Asasi Manusia (HAM), demokrasi dan pemahaman atas kemajemukan (pluralitas), kemanusiaan universal dan subjek-subjek lain yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.

Perdamaian yang telah disemai Gus Dur harus terus kita pupuk dan tumbuhkembangkan. Tak hanya perdamaian pasif yang kita suburkan tetapi harus beranjak kepada perdamaian aktif berupa lancarnya komunikasi terhadap berbagai pihak agar tak terjadi salah paham dan meminimalisir atau memanajemen konflik sedini mungkin agar tak muncul ke permukaan. Selain itu, kita terus menggali pemikiran Gus Dur agar menjadi kontribusi positif terhadap bangsa. Semoga.

Komentar