Muhammad Alfatih Suryadilaga*

K.H. Muhammad Amin secara geneologis masih keturunan ulama besar yang menjadi cikal bakal keturunan ulama di Jawa. Dalam dirinya mengalir darah biru sampai Rasulullah saw. melalui jalur Raden Qosim atau dikenal dengan Sunan Drajat dengan keturunan yang ke-12. Ayahnya sendiri bernama KH. Musthofa bin Abdul Karim. Silsilah keturunan Kiyai Amin dari ayahnya merupakan keturunan ulama besar yang dikenal dengan salah satu penyebar Islam di Jawa yakni Walisongo.

Selain fakta keturunan lewat Sunan Drajat di atas, Ayah Kiyai Amin juga memiliki keturunan darah dari raja-raja di Jawa. Hal ini dapat dilihat silsilahnya melalui Ayahnya dengan Joko Tingkir dalam tingkatan ke ke-10.

Senada dengan hal tersebut, sosok keturunan dari raja ini dapat dilihat melalui jalur Raja Brawijaya V. Beliau ini adalah generasi nasab dari Raja Brawijaya yang ke-13. Dengan demikian, Kiyai Amin memiliki silsilah yang menuju kepada ulama besar penyebar ajaran Islam di Jawa dan sekaligus keturunan Raja Brawijaya ke-5.

Jalur nasab ibunda Kiyai Amin juga seperti ayahnya. Hal ini terlihat dalam darah keturunan Ibu Kiyai Amin dari Nyai Khodijah. Setidaknya melalui jalur ibunya ini sampai pada tingkatan yang sama dengan ayahnya namun dengan Raden Ainul Yakin atau dikenal dengan Sunan Giri Gresik. Dengan demikian, darah pejuang Islam mengalir dari kedua orang tua Kiyai Amin baik dari ayah maupun ibundanya.

Jalur kekerabatan dengan Joko Tingkir juga ditemukan dalam pribadi isteri dari Kiyai Amin. Beliau adalah Aminah bin Mahbub bin Muhsinah bin Abd. Djabbar Maskumambang. Jalur ini kemudian ke atas menuju Kadiun bin Kudoleksono bin Kiyai Siman bin Nyai Sarimah bin Ongkoyudo bin Kiyai Abdullah Sambu Dukun bin Kiyai K. Abd Djabbar bin Pangeran Selarong bin Pangeran Buwono bin Joko Tingkir. Sehingga Nyai Aminah istri Kiyai Amin keturunan ke 13 ke atas melalui Joko Tingkir.

Adapun dari jalur ayahnya Kiyai Amin, Kiyai Mustofa ke Joko Tingkir melalui saudara Pangeran Benowo yaitu adiknya yang bernama Kiyai Jumali. Silsilah selengkapnya dimulai dari Kiyai Musthofa bin Nyai Khodijah binti Nyai Ruqoyyah binti Kiyai Harun bin Kiyai Qomaruddin bin Kiyai Samidin bin Nyai Jonah bin Kiyai Dentho bin Kiyai Jumali bin Joko Tingkir. Dari jalur ibu Kiyai Amin, yakni Nyai Aminah, juga masih bersambung ke Kiyai Harun bin Kiyai Qomaruddin dengan jalur lengkapnya dimulai dari Nyai Aminah binti Kiyai Moh. Sholeh Tsani bin Nyai Rosiyah binti Harun bin Qomaruddin
Kiya Amin sendiri merupakan anak ke tujuh dari pasangan KH. Musthofa bin Abdul Karim dengan Nyai Aminah binti Kiyai Moh. Sholeh Tsani Bungah Gresik. Kedua mempelai ini dikaruniai 10 orang anak, dua di antaranya meninggal di waktu kecil yaitu anak pertama dan terakhir. Sehingga yang masih hidup di antaranya dua orang perempuan yang bernama Nyai Maryam dan Nyai Sofiyah. Sedangkan kelima anak laki-lakinya selain Kiyai Amin adalah Kiyai Abdul Karim, Kiyai Moh. Sholeh, Kiyai Ahmad Muhtadi, Kiyai Abdur Rahman dan Kiyai Abdullah. Dengan demikian, dari perkawinan ini orang tua Kiyai Amin dikaruniai sepuluh orang anak dua perempuan dan delapan laki-laki.

Kiyai Mustofa juga memiliki isteri kedua dengan nama Nyai Marfu’ah binti Usman Paciran. Dari pernikahan ini Ayah Kiyai Amin mendapatkan anak sebanyak enam orang. Dua di antara enam bersaudara meninggal di waktu kecil pula yakni Abd. Hakim dan Mudzakkir. Sehingga dari jumlah yang tersisa saudara kandung Kiyai Amin adalah empat orang yang masing-masing dua orang perempuan yakni Nyai Fatimah dan Nyai Robi’ah serta dua orang saudara laki-laki yakni Ustadz Abd. Qodir dan Kiyai Moh Djabir. Dengan demikian, seluruh saudara Kiyai Amin senyak 16 orang dengan dua ibu dan yang meninggal dalam usia kecil sebanyak empat orang yang kesemuanya laki-laki.

Ayah Kiyai Amin adalah seorang pengasuh pesantren Kranji. Pesantren ini mengajarkan kitab-kitab klasik dengan metode wetonan. Hal ini dilakukan oleh Kiyai Musthofa selama 25 tahun sejak tahun 1918 sampai 1923 M. Bakat kepemimpinan pesantren ini juga merupakan turunan dari ayahnya atau mbah dari Kiyai Amin. Beliau adalah Kiyai Abd Karim dari Tebuwung Gresik. Dengan demikian, bakat kepemimpinan dalam diri Kiyai Amin juga merupakan keahlian yang diturunkan secara genetik oleh keluarga besarnya.

Jalur keturunan pesantren besar juga terdapat dalam pribadi Kiyai Amin melalui ibunya Nyai Haji Aminah bin KH. Moh. Sholih Tsani. Ibunda kiyai Amin memiliki keturunan dari pengasuh pesantren Qomaruddin Bungah Gresik. Setidaknya dalam pesantren tersebut dikenal 3 nama yang sama yakni Muhammad Sholeh Awal, Tsani dan Tsalis. Ketiga nama tersebut merupakan bagian terpenting dalam perkembangan pesantren. Muhammad Sholeh yang ketiga (1907 M.) adalah kakak kandung Kiyai Amin sedangkan Sholeh yang kedua (w. 1902 M.) adalah Kakek dari Kiyai Amin karena beliau juga adalah sebagai ayah dari ibunya Kiyai Amin yakni Nyai Aminah. Beliau Muhammad Sholeh Tsani bernama kecil Mohammad Nawawi dari Rengel Tuban. Ayahnya bernama Madyani yang dikenal dengan KH Abu Ishaq. Sedangkan Kiyai Sholeh Awal (1190 M.) merupakan putera ke delapan dari Kiyai Qomaruddin. Namun nama kecilnya adalah Moh. Harun dan berubah nama sejak selesai menjalankan ibadah haji. Dengan demikian, keberadaan Kiyai Amin melalui jalur ibundanya memiliki keturunan besar dari Kiyai Qomaruddin Gresik.

Garis keturunan Kiyai Amin melalui ibundanya Nyai Aminah melahirkan banyak pesantren. Selain pesantren Qomaruddin juga melahirkan pesantren al-Islah Bungah, Pesantren Leran Kiyai Abu Naim, Pesantren Matholiul Anwar Simo dan Pesantren Kranji. Sedangkan melalui jalur Kakeknya Kiyai Amin, Kiyai Abd Karim adalah pesantren Tebuwung yang kemudian dikenal dengan pesantren al-Karimi. Dengan demikian, beragam pesantren berkembang pula melalui darah Kiyai Amin ke atas melalui ayah dan ibunya. (MAS)

Komentar